Preetha mencontohkan dalam sejarah banyak mahkluk hidup punah karena tidak bermanfaat bagi keseluruhan. Sebut saja Dinosaurus. Sedangkan Uskup Jakarta Prof. Dr. Kardinal Ignatius Suharyo menyerukan agar manusia mengubah pola hidup dengan cara "memelihara" alam semesta/lingkungan.
Lingkungan disini diartikan sebagai lingkungan sosial (antar manusia) dan lingkungan fisik seperti tumbuhan dan hewan atau cosmos lain. Me-RE-KONSTRUKTSI pola hidup bermanfaat bagi keseluruhan/semesta.
Bagaimana realisasinya?
Sebuah refleksi yang musti dilakukan setiap orang. Saya harus membentuk pola baru dalam kehidupan saya. Pola hidup yang bermanfaat bagi orang lain. Misalnya saya sebagai pendidik. Saya harus membuat pola (membiasakan) perilaku yang bermanfaat bagi siswa-siswaku.Â
Bermanfaat berarti kehadiran saya sebagai guru haruslah sungguh menginspirasi para siswa dan selalu dirindukan oleh mereka. Bersama saya, para siswa harus bahagia. Itu sederhananya. Sebagai orang tua saya harus membiasakan menjadi model dan contoh bagi anak anak.
Silakan saudara renungkan lebih dalam: pola hidup seperti apa yang akan Anda bangun agar memberi manfaat bagi orang lain. Berpikir sektarian dan sekmentasi kelompok pasti akan membuat Anda tereliminasi dari kehidupan ini.
Mari pandemi Covid 19 kita jadikan penyadar dan pengingat kembali bahwa sejatinya kodrat kita adalah bermafaat bagi alam semesta. Saya mulai dari diri saya. Anda mulai dari diri Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H