Guru yang bahagia akan melakukan segala hal demi siswanya. Ia tidak akan melakukan tugas dan tanggung jawabnya hanya sebatas profesi tetapi panggilan. Ada satu kisah yang sangat menarik diceritakan oleh ibu Sri Nurhidayah dalam menggambarkan guru penggerak-walau guru tersebut tidak menyadari bahwa ia guru penggerak. Ceritanya demikian.Â
Di sebuah sekolah swasta ada siswa yang sangat pintar. Ia sudah diterima di salah satu universitas negeri. Tetapi siswa ini tidak lulus ujian nasional. Melihat siswa ini, sang guru merasa heran sekaligus tidak bisa menerima kenyataan. Ia bersama kepala sekolah melapor kepada kepala dinas pendidikan dan seterusnya.Â
Pelaporan ini disertai dengan portofolio siswa tersebut secara lengkap. Akhirnya universitas tersebut memastikan siswa ini tetap diterima, dan siswa mengikuti ujian paket. Diuniversitas siswa ini terus berprestasi. Ia menjadi perwakilan universitas dalam berbagai ajang lomba internasional.Â
Dalam sebuah kesempatan siswa ini berucap "semua yang saya alami ini karena guru saya rajin mengarsipkan portofolio saya". Inilah poin seorang guru pengerak. Ia melakukan dengan ikhlas dan benar apa saja untuk siswanya. Pertanyaan yang patut direfleksikan oleh setiap guru: "Apakah saya sudah melakukan pelayanan seperti guru itu, mengenal siswa dan menyimpan semua karya hasil siswa?"
Guru Penggerak Suka Belajar.
Ini indikator seorang guru penggerak. Banyak pelatihan dibuat. Tetapi kembali lagi pada pola lama. Ini disebabkan karena guru berpikir "ah saya melakukan banyak hal juga gak berdampak (ekonomi)" ini mental kolonial (terjajah tidak merdeka).Â
Saat ini tidak lagi ada alasan guru tidak punya uang untuk membeli buku. Banyak informasi bisa kita peroleh secara gratis melalui ebook. Tinggal mau ga belajar?
 Saya memastikan guru yang tidak suka belajar akan tidak bahagia menjadi guru karena "alatnya" minim. Ia akan menjadi guru yang membebani sekolah. Dan menjadi monster bagi para siswa. Karena itu saya mengajak kepada semua guru, mari kita terus melihat diri sendiri, mana yang harus kita rubah dan perbaiki.Â
Hidup hanya satu kali, sangat disayangkan jika kita tidak bahagia dengan profesi kita sebagai guru. Guru itu mulia maka mari kita muliakan dengan terus memperbaiki diri, rendah hati dan memperbaiki diri tiada henti. Pasti akan bahagia. Guru bahagia, guru penggerak" (Purwanto, M.Pd Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H