Mohon tunggu...
Purwanto (Mas Pung)
Purwanto (Mas Pung) Mohon Tunggu... Guru - Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi | Sekolah Penggerak Angkatan 2 | Narasumber Berbagi Praktik Baik | Kepala Sekolah Inspiratif Tahun 2022 Kategori Kepala SMA | GTK Berprestasi dan Inspirasi dari Kemenag 2023 I Penyuluh Agama Katolik Non PNS Teladan Nasional ke-2 tahun 2021 I Writer | Pengajar K3S KAJ | IG: masguspung | Chanel YT: Purwanto (Mas Pung) | Linkedln: purwanto, M.Pd | Twitter: @masguspung | email: bimabela@yahoo I agustinusp134@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pembiasaan yang Efektif Berdasar pada Penguatan Identitas Diri (Siswa)

15 Oktober 2019   08:14 Diperbarui: 16 Oktober 2019   01:28 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Sulitnya menginternalisasi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pembiasaan disebabkan -salah satunya- identitas diri yang diabaikan. 

Jika Anda berharap kegiatan pembiasaan yang Anda laksanakan disekolah berhasil membentuk pribadi siswa yang berkualtias, Anda harus mampu mengidentifikasi profile siswa seperti apa yang diharapkan. 

Misalnya, "Saya (siswa) adalah pelajar yang santu dalam bertutur kata. Saya (siswa) adalah pelajar yang sehat jasmani dan rohani".

Inilah yang disebut oleh James Clear dalam bukunya "Atomis Habits" sebagai penguatan identitas diri. identitas diri ini akan memengaruhi kualitas pelaksanaan pembiasaan (proses). Kualitas proses akan menentukan hasil pembiasaan.

Hasil pembiasaan akan menguatkan identitas diri. Menyadari kecenderungan seperti itu, pembiasaan di sekolah kami dilandaskan pada tahap awal yakni penguatan identitas diri. 

Para siswa diberi pembekalan awal "Siapakah pelajar SMA Cinta Kasih Tzu Chi?" di sini kami menunjukkan identitas diri mereka. Identitas diri mereka seperti itulah yang kemudian diwujudkan pencapaiannya pada pembiasaan dalam budaya humanis.

Konsistensi yang Lemah

Ini persoalan kedua yang banyak terjadi di sekolah-sekolah di Indonesia. Sekolah menjalankan pembiasaan hanya bertahan beberapa hari. Setelah itu pembiasaan menjadi rutinitas yang membosankan dan seolah tanpa makna. 

Konsistensi yang rendah disebabkan lemahnya landasan filosofis pembiasaan tersebut.

Hasil yang tidak segera kelihatan menjadi godaan terbesar beberapa sekolah tidak konsisten menjalankan pembiasaan. Bahkan ada sekolah yang yang tidak menjalankan pembiasaan karena menganggap hanya buang-buang waktu. 

Konsistensi sesungguhnya esensi dari kodrat manusia sebagai makhluk pembelajar. Manusia bukan priabadi yang utuh karena kelahiran, me;ainkan karena pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun