Melalui framing seperti ini, pendengar akan terhindar dari salah tafsir. Pendengar akan lebih mampu memaknai tindakannya dengan lebih baik dan lebih luhur.
Pada sejatinya semua manusia mempunyai kemampuan memaknai apapun secara positif dan luhur. Kemampuan memaknai dunianya secara benar dan baik adalah kemampuan dan ketrampilan komunikasi.
Para siswa disekolah harus didampingi secara serius dan diajari bagaimana memaknai setiap tindakan, peristiwa dan apa pun disekitarnya. Jika tidak maka generasi muda kita akan mudah terjerumus pada penafsiran yang keliru yang berakibat pada penyimpangan perilaku.
Untuk mampu memaknai dunianya atau untuk bisa melakukan framing, seseorang harus banyak membaca, banyak mendengarkan dan banyak menulis (membuat refleksi), bukan banyak bicara.
Orang yang mempunyai ketrampilan dan kemampuan mem-framing biasanya adalah orang yang baik dalam berbicara di depan publik. Benar pepatah mengatakan pendengar yang baik adalah pembicara yang baik.
Mari kita damping para pelajar kita, dan kita latih mereka menjadi pendengar yang baik, pembicara yang mampu mem-framing (memaknai) peristiwa dengan baik dan benar.
Bagi saya perayaan Bulan Bahasa adalah saat yang tepat memberi pendampingan kepada siswa bagaimana memframing melalui kegiatan-kegiatan lomba berbahasa. Mendampingi anak mampu mem-framing adalah bagian pendidikan holistik. Karena hal ini merupakan bagian integral dari pelatihan diri membangun integritas diri.Â
(Purwanto -Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi Jakarta)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H