Sebagai seorang guru yang berkecimpung dalam dunia pendidikan formal (swasta) lebih dari 15 tahun, saya perihatin banyak sekolah swasta mengalami penurunun jumlah siswa. Bahkan beberapa sekolah telah terseleksi oleh alam dan tereliminasi. Selalu yang "dituding" Â sekolah negeri semakin kuat dalam pembiayaan, fasilitas dan pelayanan.
Selama cara berpikirnya berkompetisi maka akan ada yang lebih dan ada yang kurang. Lebih kuat dan lebih lemah. Inilah cara berpikir dikotomis, dan tanpa disadari cara berpikir ini akibat dari cara bepikir linier dengan pendekatan konflik.
SBL menawarkan cara bebipkir holistic, sistemik yang berbeda dengan linear. Dengan cara berpikir SBL pengelolaan sekolah tidak lagi berkompetisi tetapi membangun (organisasi) manusia yang disemangati oleh dialog kesetaraan yang terus direfleksikan secara kritis sehingga logis, dan diupayakan melalui kerja bersama kelompok lain.Â
Kelima prinsip dasar ini jika dilakukan secara sungguh-sungguh dalam sebuah perencanaan yang yang terstruktur, sistematis dan operasional-perubahan yang didisain-cita-cita membangun sekolah yang cerdas dan humanis dengan output manusia yang utuh niscaya akan sangat memungkinkan dan lebih terukur untuk pencapaiannya.Â
Sungguhkah bangsa ini mencita-citakan generasi yang cerdas dan humanis sangat ditentukan keseriusan kita berani berubah dari cara berpikir linear menjadi cara berpikir sistemik atau SBL Semoga! (Purwant0-Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi Jakarta)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H