Saya melihat ada missing link sehingga proses edukasi kepada anggota dalam rangka membangun karakter/mentalitas produktif tidak berjalan efektif. Anggota masih sering jatuh pada pemahaman yang keliru 'ber-kopdit (koperasi kredit) itu meminjam'; untuk sejahtera harus menadapatkan pinjaman besar. Pemahaman ini tidak lengkap dan terus disempurnakan melalui pendidikan anggota.Â
Ada penghubung yang hilang sehingga mentalitas meminjam terus berkembang tanpa didasari semangat menyimpan. Yang saya maksudkan dengan penghubung yang hilang itu adalah tidak adanya pemahaman yang baik ber-kopdit pada level pengurus/pengawas dan manajemen koperasi itu sendiri. Saya akan memberi dua contoh. Contoh pertama: Ada seorang pengawas dan pengurus kopdit pada saat memberi ceramah kepada anggota koperasi menyampaikan bahwa setiap anggota harus berani meminjam. Meminjam adalah bagian dari berkoperasi. Â
Saya tunggu apakah petinggi tersebut akan menyampaikan pentingnya menyimpan. Wah, gak ada satu kata "menyimpan" disampaikan dalam ceramah itu. Saya ragu apakah petinggi itu memiliki pengetahuan yang baik mengenai ber-kopdit.Â
Contoh kedua: pola kebijakan pinjaman yang memungkinkan anggota meminjam kelipatan dari simpanannya menunjukkan dengan jelas bahwa mentalitas meminjam lebih dikedepankan dibadingkan mentalitas menyimpan. Manajemen koperasi pun akan melakukan apa yang dilakukan oleh pengurusnya.
Edukasi bukan hanya kepada anggota atau calon anggota. Edukasi pertama-tama dan terlebih dahulu kepada pengelola koperasi atau pelaku koperasi atau insan koperasi. Mereka harus mendapatkan pemahanan dan meyakini bahwa berkoperasi ini membangun mentalitas menyimpan bukan meminjam. Ketika anggota sudah memiliki mentalitas menyimpan, pengelola memiliki tanggung jawab mengelola dana tersebut untuk usaha bersama atas azaz kekeluargaan.Â
Mereka yang memiliki mentalitas menyimpan akan menggunakan pinjamamannya secara bertanggung jawab. Banyak anggota koperasi tidak bertanggung jawab dalam menggunakan uang pinjaman dan angsuran karena mereka tidak memiliki mentalitas menyimpan. Nah, bagaimana dengan koperasi simpan pinjam yang tidak mensyaratkan anggota memiliki simpanan proporsional untuk bisa meminjam? Saya akan refleksi pada kesempatan lain.
Pentup
Berkoperasi adalah mambangun kebiasaan menyimpan untuk mampu menolong diri sendiri dan orang lain. Lirik lagu yang berjudul "Menabung" dari Titiek Puspa sangat cocok menggambarkan ajakan menabung. Masyarakat kita adalah masyarakat yang terkenal dengan pola hidup sederhana, gemar menabung dan tidak konsumtif. Namun saat ini mentalitas seperti itu menghadapi gempuran yang dahyat dari modernisasi.Â
Koperasi harus menjadi obor yang terus mengobarkan mentalitas menyimpan bukan meminjam. Kendati pada gilirannya memberi pinjaman, koperasi harus mengedepankan dan terlebih dahulu membangun kesenangan dan kebiasaan menabung diantara anggotanya. (Agustinus Purwanto-Fasilitator Kopdit Usaha Sejahtera Jakarta)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H