KCJ Cermin Kehidupan Sosial
KRL adalah transportasi massal. Penumpangnya sebagain besar berasal dari lapisan masyarakat kelas ekonomi menengah kebawah. Dan karena itu mentalitas penumpang pun beragam. Keaslian para penumpang tampak jelas saat jam pulang kerja dimana penumpang berdesakan; mereka saling berebut tempat duduk-berebut kenyamanan-, bahkan ketergesa-gesaan atau “diburu nafsu” menjadi pendorong pertama mereka memasuki gerbong kereta, tidak jarang terjadi gesekan dan dorongan yang berakibat pada konflik. Saat seperti inilah situasi yang kurang manusiwi dipertontonkan. Didalam kereta pun praktek ini berlanjut, yang muda pura-pura tidur sehingga “tidak melihat” ada lansia atau wanita hamil sedang berdiri, dan penumpang lain pun enggan menegur karena tidak mau terganggu kenyamanannya. Saat seperti ini setiap penumpang seolah mencari kenyamanan masing-masing. Bahkan pernah saya jumpai tempat duduk prioritas pun dinikmati oleh orang yang tidak berhak, dan tidak ada penumpang yang mau menegur. Itulah cermin dari potret social masyarakat kita. Pada saat saat seperti itu pihak KCJ harus lebih memaksimalkan petugas dan meningkatkan kualitas pelayanannya, baik di stasiun, di setiap peron dan juga di dalam kereta. Padatnya penumpang memberi potensi tindakan negative muncul, baik itu tindakan egosentris maupun tindakan kriminal seperti pencopetan dan pelecehan seksual. Rasa solidaritas dan bela rasa harus tetap dihidupkan; dalam hal ini petugas harus makin proaktif berjaga dan berkeliling ke setiap gerbong. Pihak KCJ bisa menempatkan sekuriti disetiap gerbong jikalau padatnya penumpang mengganggu mobilitas mereka, dan menemmpatkan sekuriti wanita pada gerbong khusus wanita.
KCJ Upgrade!
Hal lain yang bisa dilakukan oleh KCJ yaitu upgrade fasilitas, dan layanan. Saya perhatikan hamper disteiap kereta selalu ada televisi. Memang ada sih kereta yang tidak ada televisinya. Televisi tersebut selama ini lebih banyak digunakan sebagai media tayangan iklan, dan jika tidak bernyala televisi biasanya mati. Padahal menurut saya televisi tersebut bisa digunakan untuk tujuan produktif, menyegarkan pikiran penumpang dan memberikan penghiburan. Misalnya acara-acara yang mampu memproduksi fungsi otak kanan, seperti film komedy, stand up comedy, acara humor atau juga selingan musik yang mampu membangkitkan imajinasi positif. Sehingga para penumpang mendapatkan kesegaran dan tetap terjaga emosi positifnya, terutama saat mereka pulang kerja dimana kondisi fisik lelah dan emosi positif cenderung menurun. Acara tv seperti juga bisa meminimalisir ketegangan psikis dan membangkitkan kreativitas. Selain itu, himbauan supaya setiap penumpang mempriorritaskan kaum disabilitas, lansia dan wanita hamil dapat juga disosialisasikan secara terus menerus melalui tv dalam bentuk komedi atapun fim kartun.
Pentup
Kesadaran akan kekurangan menjadi langkah awal untuk perbaikan yang berkelanjutan; inovasi adalah hal lain yang dibutuhkan untuk terwujudnya kenyamanan. Artinya, kereta api listrik (KRL) tidak hanya membutuhkan perbaikan melainkan juga sebuah inovasi. Inovasi yang bisa dilakukan dengan memaknai secara baru apa yang telah ada. Terlepas dari semua kekurangan yang masih ada, KRL bagi saya bukan sekadar alat transportasi melainkan media transformasi mental semua orang yang terlibat, petugas dan penumpang. Dengan upaya perbaikan yang terus dilakukan, saya yakin KCJ menjadi Best Choice for Urban Transport bagi masyarakat Jabodetabek. Transportasi inilah yang kiranya tepat untuk mendapatkan subsidi yang lebih besar dari pemerintah sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Ongkos murah, kenyamanan melimpah. Masyarakat makin Cinta KRL.
(Agus Purwanto)