Novel ini menggunakan sudut pandang Milea sebagai pelaku utama (aku). Bisa dilihat dari kutipan yang saya berikan di atas. Semuanya dalam pendapat Milea. Banyak sekali paragraf tentang isi hati Milea. Meskipun saya berharap bahwa novel ini mengambil sudut pandang dari Dilan, saya masih sangat suka dengan novel ini.
Cerita ini berlatar waktu pada tahun 1990 sesuai dengan judulnya. Tahun dimana semua masih sederhana dan tidak terlalu ramai oleh bisingnya suara kendaraan di jalan. Tahun dimana hampir semua remaja menghabiskan waktu pulang sekolahnya di jalanan.
"sekarang jalan itu sudah berubah, sudah jadi jalan raya yang dipadati oleh banyak kendaraan." -- Milea (halaman. 17)
"rasanya, waktu itu, Bandung masih sepi, belum begitu banyak orang. Setiap pagi masih suka ada kabut dan hawanya cukup dingin..." -- Milea (halaman. 17)
Saya sangat iri dengan tokoh Milea dan Dilan. Saat itu mereka masih bisa menggunakan jalanan untuk jalan -- jalan dengan sepeda motor. Mereka masih bisa keluar dengan tenang tanpa takut akan debu -- debu kotor yang dihasilkan oleh kendaraan. Sedangkan saat ini, suasana jalan tahun 1990 sepertinya sudah hampir punah. Sangat susahmenemukan suasa seperti itu di zaman modern ini.
Cerita ini menggunakan latar tempat seperti warung Bi Eem -- warung yang berada di dekat sekolah Dilan dan biasa digunakan untuk markas geng motor anak sekolah -- rumah Milea, rumah Dilan, dan beberapa jalan di Bandung yang sering mereka gunakan untuk bersepeda motor.
Saya tidak bisa berimajinasi bagaimana kalau cerita ini menggunakan latar tempat dizaman sekarang. Mungkin akan sangat berbeda dan aneh sekali. Karena menurut saya, semua unsur kesederhanaan yang ada di novel inilah yang membuat saya tertarik dan iri.
Gaya bahasa yang disajikan penulis juga sangatlah menarik. Ringan, sederhana, tapi mempunyai kesan mendalam dan unik. Banyak yang berpendapat bahwa Bahasa yang digunakan Dilan nyaris sama seperti bahasanya Pidi Baiq. Mereka juga bertanya -- tanya apakah sebenarnya Pidi Baiq adalah Dilan?
Menurut saya, hal baik yang dapat saya ambil dari novel ini adalah rasa tanggung jawab yang besar. Memang benar Dilan adalah anggota geng motor, tapi ketika dia berbuat salah dia tidak pernah kabur atau lari dari masalah tersebut. Begitupun dengan teman -- temannya. Ada adegan dimana Anhar menampar Milea di warung Bi Eem, namun setelah itu Anhar langsung mengejar Milea dan meminta maaf kepadanya.
Dilan juga sering membuat kesalahan di sekolahnya. Seperti memukul guru konseling, Suripto, waktu upacara bendera. Ia memukulinya karena ia telah ditampar oleh Pak Suripto. Namun, ia tidak menghindari kesalahan tersebut. Ia pun dihukum 30 hari tidak boleh masuk sekolah.
Nah, sekarang saya akan membahas tentang penulis novel ini, Pidi Baiq. Pidi Baiq lahir di Bandung pada tanggal 8 Agustus 1972.tidak hanya berprofesi sebagai penulis, ia juga seorang ilustrator, komikus, musisi, penyayi, dan dosen di Universitas ITB Bandung. Namanya mulai dikenal masyarakat ketika ia menjadi anggota grup band The Panas Dalam pada tahun 1995. Namanya semakin terkenal setelah ia menerbitkan novel ini pada tahun 2014. Novel ini pun sudah difilmkan dan sudah tayang sejak Januari 2018.