Haii! Perkenalkan Nama saya Bilqis, seorang mahasiswi semester 5 yang tinggal di Bandung. Meskipun rumah saya juga berada di Bandung, tepatnya di Kabupaten Bandung Barat, saya tetap memutuskan untuk ngekos di dekat kampus. Keputusan ini saya ambil dengan banyak pertimbangan, terutama karena jarak antara rumah dan kampus saya yang terletak di Dago cukup jauh. Jika saya harus pulang pergi setiap hari, tentu akan menguras banyak tenaga dan waktu, terutama dengan lalu lintas Bandung yang tidak bisa diprediksi. Dengan ngekos, saya bisa menghemat waktu perjalanan dan lebih fokus pada kegiatan kuliah dan organisasi. Namun, tentu saja, hidup sebagai anak kos memiliki tantangan tersendiri.
Menjadi anak kos adalah pengalaman yang mendidik, tetapi juga penuh dengan perjuangan kecil sehari-hari. Salah satu tantangan utama yang sering saya hadapi adalah soal makanan. Rasanya hampir setiap hari saya terjebak dalam dilema yang sama: "Makan apa hari ini?" Kebiasaan makan di luar terkadang terasa praktis, tetapi tidak selalu sehat atau hemat. Memasak sendiri di kos bisa menjadi solusi, tetapi sering kali rasa malas dan keterbatasan waktu menjadi penghalang.
Selain soal makanan, ada satu lagi tantangan besar yang kerap menghampiri, yaitu mengurus cucian. Ketika cucian sudah mulai menumpuk, rasa malas untuk mencuci manual atau membawa ke laundry sering kali menjadi kendala. Masalah ini mungkin terdengar sepele, tetapi bagi saya cukup merepotkan. Dua hal ini---kebingungan memilih makanan dan rasa malas mencuci---adalah bagian dari kehidupan anak kos yang sering memengaruhi rutinitas saya.
Namun, pada akhir pekan pertama tahun 2025 ini, saya memutuskan untuk pulang ke rumah. Keputusan ini tidak hanya untuk melepas rindu pada keluarga, tetapi juga sebagai cara untuk menyelesaikan beberapa hal yang sulit saya lakukan di kos. Kebetulan, tadi malam ibu saya meminta saya untuk mengantarnya ke pasar pagi ini. Permintaan tersebut menjadi alasan yang tepat bagi saya untuk pulang sekaligus membantu ibu berbelanja. Pagi ini saya memulai hari dengan ritme yang berbeda dari biasanya. Biasanya, akhir pekan saya di kos diisi dengan bermalas-malasan atau menyelesaikan tugas kuliah. Namun, di awal tahun 2025 ini, saya memutuskan untuk pulang ke rumah di Kabupaten Bandung Barat karena ibu saya meminta ditemani ke pasar. Demi memenuhi permintaan beliau, saya harus bangun lebih pagi dari biasanya. Pagi-pagi buta, saya sudah bergegas meninggalkan kos untuk menuju rumah. Hal ini tentu memerlukan energi ekstra, mengingat jarak kos saya di Dago ke rumah tidaklah dekat. Namun, perjalanan ini terasa berbeda karena saya tahu akan ada banyak hal positif yang bisa saya lakukan di rumah.
Setibanya di rumah, saya dan ibu segera bersiap-siap untuk pergi ke pasar. Belanja pagi hari di pasar tradisional memang menjadi pilihan terbaik agar mendapatkan bahan makanan yang segar dan berkualitas. Kami membeli berbagai kebutuhan untuk stok di rumah, mulai dari buah-buahan segar, sayuran hijau, daging ayam, daging sapi, hingga berbagai kebutuhan dapur lainnya. Suasana pasar yang ramai dengan hiruk-pikuk pembeli dan penjual, ditambah aroma khas dari rempah-rempah, daging segar, dan berbagai makanan siap saji, memberi warna tersendiri pada pagi hari kami. Namun, sebelum saya berangkat ke rumah tadi, ada satu hal penting yang saya siapkan: satu tas besar berisi cucian kotor. Sebagai anak kos, membawa cucian pulang ke rumah sudah menjadi trik andalan saya untuk menghemat tenaga dan uang. Di rumah, saya bisa mencuci menggunakan mesin cuci tanpa perlu mencuci manual atau membayar laundry. Ini adalah salah satu keuntungan besar yang saya manfaatkan setiap kali pulang.
Setelah selesai berbelanja di pasar, saya langsung memasukkan cucian ke mesin cuci. Rasanya seperti menyelesaikan dua tugas besar sekaligus---membantu ibu belanja dan mencuci pakaian. Sambil menunggu cucian selesai, saya memutuskan untuk tidur sejenak. Perjalanan dari kos ke rumah dan aktivitas di pasar cukup menguras tenaga, apalagi saya belum sepenuhnya terjaga saat berangkat tadi pagi. Tidur singkat selama sekitar satu setengah jam benar-benar membantu mengembalikan energi saya. Ketika terbangun, saya melihat mesin cuci sudah selesai menjalankan tugasnya. Saya pun segera menjemur pakaian di halaman belakang. Beruntung sekali, cuaca Bandung hari ini sangat cerah. Matahari bersinar terang, dan langit terlihat begitu biru tanpa awan mendung. Hal ini menjadi keuntungan besar karena cucian saya cepat kering. Rasanya lega sekali melihat semua pakaian bersih tertata di jemuran, mengetahui bahwa urusan pakaian kotor selesai dengan cepat tanpa banyak usaha.
Setelah semua selesai, perut saya mulai terasa lapar. Biasanya, di kos, momen seperti ini membuat saya bingung harus makan apa. Terkadang, saya harus berpikir lama hanya untuk memutuskan menu makan siang. Namun, berbeda dengan di rumah. Di sini, semua terasa lebih mudah. Saya tinggal melangkah ke dapur, dan di sana sudah tersedia masakan lezat buatan ibu. Hari ini, ibu memasak beberapa hidangan favorit keluarga, dan saya bisa menikmatinya tanpa perlu repot berpikir atau keluar rumah untuk membeli makanan.
Hari ini benar-benar terasa santai. Setelah makan, saya hanya membantu ibu membereskan rumah sedikit atau sekadar menyiapkan bahan untuk masakan selanjutnya. Kegiatan ini terasa ringan dan bahkan menyenangkan karena dilakukan bersama keluarga. Tidak seperti di kos, di mana semua hal harus saya urus sendiri, di rumah, saya merasa lebih terbantu dan dimanjakan. Di tengah kesibukan kecil di rumah, saya masih bisa meluangkan waktu untuk bersantai. Sambil menulis cerita ini, saya menikmati suasana rumah yang begitu nyaman. Segala kebutuhan sudah tersedia, dari makanan hingga fasilitas seperti mesin cuci. Kalau saya lapar, saya tinggal jajan sedikit tanpa harus memikirkan anggaran ketat seperti saat tinggal di kos. Pulang ke rumah di akhir pekan seperti ini benar-benar menjadi momen berharga yang tidak hanya memberikan kenyamanan fisik tetapi juga ketenangan batin. Rasanya, semua penat dari hari-hari kuliah dan kesibukan di kos terhapus dengan suasana rumah yang hangat dan menyenangkan.
Saat sore tiba, saya melanjutkan aktivitas dengan mengangkat semua baju yang telah saya jemur sejak pagi tadi. Cuaca Bandung yang cerah dan panas sepanjang hari membuat pakaian-pakaian itu kering sempurna. Saya merasa lega karena tidak perlu khawatir pakaian masih lembap atau berbau kurang sedap. Setelah semuanya diangkat dari jemuran, saya langsung melipat pakaian dengan rapi satu per satu, memastikan setiap pakaian tertata baik agar mudah disimpan nanti. Semua pakaian yang telah dilipat kemudian saya masukkan kembali ke dalam tas besar yang sudah saya persiapkan sejak awal. Tas ini akan saya bawa kembali ke kos besok hari Minggu, saat saya harus kembali menjalani rutinitas sebagai anak kos.
Malam ini terasa begitu santai. Setelah semua urusan jemuran selesai, saya menikmati waktu di rumah bersama keluarga. Kami mengobrol ringan sambil menonton televisi, ditemani camilan favorit yang ibu saya buat. Sesekali, saya membantu ibu di dapur untuk mempersiapkan bahan masakan yang akan dimasak esok pagi. Suasana rumah yang hangat dan nyaman seperti ini benar-benar membuat saya lupa sejenak pada kesibukan kuliah dan hiruk-pikuk kehidupan di kos. Rasanya, waktu di rumah terlalu singkat, tetapi sangat berharga.
Keesokan harinya, di hari Minggu, saya sudah merencanakan untuk kembali ke kos sekitar pukul 12 siang. Sebelum berangkat, saya memastikan semua barang yang perlu saya bawa sudah siap. Selain tas berisi pakaian bersih, saya juga membawa banyak bahan makanan dan bahan masakan dari rumah. Ini adalah kebiasaan yang selalu saya lakukan setiap kali pulang ke rumah. Membawa bahan makanan dari rumah tidak hanya membantu menghemat pengeluaran, tetapi juga membuat saya lebih mudah menyiapkan makanan sendiri di kos. Misalnya, saya bisa memasak makanan sederhana seperti tumisan atau sup, tanpa harus keluar membeli makanan jadi yang harganya lebih mahal.
Saat akhirnya tiba kembali di kos, hal pertama yang saya lakukan adalah memasukkan semua pakaian bersih ke dalam lemari. Rasanya menyenangkan melihat lemari kembali terisi dengan pakaian yang rapi dan wangi, siap dipakai kapan saja. Setelah itu, saya menyusun bahan makanan di dapur kecil kos saya. Dengan bahan masakan yang lengkap, saya tidak perlu pusing memikirkan makanan untuk beberapa hari ke depan. Semua terasa lebih ringan, baik dari segi tenaga maupun biaya. Menurut saya, kebiasaan ini adalah salah satu "life hack" yang sangat berguna untuk anak kos. Memanfaatkan waktu pulang ke rumah untuk mencuci pakaian, membawa bahan makanan, dan sekaligus mengisi ulang energi adalah cara efektif untuk meringankan beban hidup sebagai anak kos. Tidak hanya hemat waktu dan uang, tetapi juga memberi kesempatan untuk menikmati suasana rumah dan kebersamaan dengan keluarga.
Rutinitas seperti ini mungkin terlihat sederhana, tetapi dampaknya sangat besar bagi saya. Dengan pakaian yang sudah bersih, bahan makanan yang lengkap, dan semangat baru setelah waktu berkualitas bersama keluarga, saya merasa lebih siap menghadapi minggu-minggu berikutnya di kos. Pulang ke rumah bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga menjadi momen untuk mengisi kembali kebutuhan emosional. Saya selalu merasa lebih tenang dan nyaman setelah pulang, karena rumah selalu menjadi tempat di mana segala hal terasa lebih mudah dan damai.
Sebagai anak kos, saya paham betul bahwa hidup mandiri di perantauan tidak selalu mudah. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai dari keterbatasan waktu, tenaga, hingga biaya. Namun, dengan strategi yang tepat seperti ini, kehidupan di kos bisa menjadi lebih teratur dan efisien. Jadi, bagi teman-teman anak kos di luar sana, saya sangat merekomendasikan untuk mencoba cara ini. Jadikan waktu pulang ke rumah sebagai momen untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan sekaligus menikmati waktu bersama keluarga. Dengan begitu, hidup sebagai anak kos tidak akan terasa terlalu berat, dan kalian tetap bisa menjalani semuanya dengan lebih santai dan nyaman.
Kesimpulannya, menjadi anak kos adalah pengalaman yang penuh dengan pelajaran dan tantangan. Dari kebingungan memilih makanan, rasa malas mencuci, hingga keterbatasan waktu dan tenaga, semua itu menjadi bagian dari keseharian yang harus dihadapi dengan strategi yang tepat. Namun, pulang ke rumah di akhir pekan, seperti yang saya lakukan, adalah solusi yang tidak hanya meringankan beban, tetapi juga memberikan manfaat besar.
Selain bisa menyelesaikan pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian dan membawa bahan makanan, pulang ke rumah juga menjadi momen untuk merasakan kembali kehangatan keluarga dan kenyamanan rumah. Hal ini memberikan kesempatan untuk mengisi ulang energi, baik secara fisik maupun emosional, sehingga saya bisa kembali ke kos dengan semangat baru dan lebih siap menghadapi tantangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H