Mohon tunggu...
Bilqis Raudhatul jannah
Bilqis Raudhatul jannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

sosial, kecantikan, jurnalistik, memasak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Biografi Fatimah Azzahra: Perempuan Inspiratif dalam Karier, Keluarga dan Pendidikan

8 Desember 2024   20:29 Diperbarui: 8 Desember 2024   20:34 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fatimah Azzahra, yang akrab dipanggil Ara, adalah sosok wanita inspiratif yang berhasil menjalani berbagai peran dengan sangat baik. Beliau saat ini bekerja di sebuah platform komunikasi global sebagai bagian dari tim sales acceleration. Di sisi lain, ia juga berperan sebagai istri dari Farhan Makarim dan ibu dari Sabbih Kahfi Makarim, seorang anak laki-laki berusia empat tahun. Perjalanan hidupnya penuh dengan perjuangan, tekad, dan impian besar.


Ara baru saja menyelesaikan pendidikan program sarjana di bidang Manajemen Bisnis di London School of Public Relations (LSPR) Jakarta pada November 2024. Sebelum menyelesaikan studi di LSPR, Ara sempat mengenyam pendidikan di Turki sebelum kemudian menikah dan melanjutkan studi di Indonesia. Keputusannya untuk masuk LSPR didorong oleh keinginan untuk mengikuti program pertukaran pelajar yang ditawarkan kampus tersebut, bekerja sama dengan Erasmus, sebuah lembaga beasiswa Eropa.


Motivasi dan Perjalanan Menuju Program Pertukaran Pelajar
Mimpi untuk merasakan kehidupan di luar negeri telah tertanam dalam dirinya sejak kecil. Ara selalu ingin membuktikan anggapan banyak orang bahwa kehidupan di luar negeri menawarkan lingkungan, infrastruktur, dan teknologi yang lebih baik. Namun, seiring berjalannya waktu, motivasi tersebut berkembang. Baginya, kesempatan untuk tinggal di luar negeri tidak hanya memberikan pengalaman baru tetapi juga membuka peluang besar untuk pengembangan diri, baik secara personal maupun profesional.


Proses menuju program pertukaran pelajar ini tidaklah mudah. Ara harus melalui dua tahap seleksi administratif. Tahap pertama mencakup persyaratan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,2, tanpa ada mata kuliah yang diulang, membuat surat motivasi, dan mendapatkan surat rekomendasi dari dosen. Tantangan terbesar dalam tahap ini adalah mendapatkan surat rekomendasi, mengingat kuliah dilakukan secara daring selama pandemi, sehingga hubungan antara mahasiswa dan dosen menjadi lebih terbatas.


Tahap kedua melibatkan sertifikasi bahasa Inggris dengan standar minimal British Council C1 atau IELTS setara dengan skor 6. Setelah kedua tahap ini terlewati, Ara juga melamar beasiswa Erasmus, yang mengharuskannya mengikuti wawancara sebagai bagian dari proses seleksi.


Dukungan Keluarga dan Persiapan
Keputusan Ara untuk mengikuti program pertukaran pelajar mendapatkan dukungan penuh dari suami, keluarga, serta orang tua dan saudara-saudaranya. Dukungan ini menjadi kekuatan besar bagi Ara dalam mewujudkan impiannya.


Persiapan untuk menjalani program ini dilakukan dengan matang, baik secara mental maupun material. Sebagai seorang istri dan ibu, ia harus memikirkan bagaimana program ini akan memengaruhi rutinitas keluarga. Ara melakukan eksplorasi mendalam tentang kurikulum, tipe penilaian, dan karakteristik negara tempat ia akan tinggal. Ia juga memastikan kebutuhan suami dan anaknya, termasuk makanan serta produk untuk anaknya yang saat itu masih berusia dua tahun.


Dari sisi material, biaya Ara untuk program pertukaran pelajar ditanggung oleh beasiswa, tetapi biaya untuk suami dan anaknya harus ditanggung secara mandiri. Untungnya, suaminya memiliki pekerjaan yang bisa dilakukan secara remote, meskipun tetap memerlukan izin khusus dari kantor.


Tantangan di Luar Negri
Sebagai seorang istri dan ibu, Ara menghadapi tantangan kehidupan akademik dan kehidupan personal selama tinggal di Denmark. Salah satu tantangan akademik adalah padatnya jadwal perkuliahan di Denmark, dimana kurikulum perkuliahan mereka memiliki sistem 30 SKS per satu semester. Dengan padatnya jadwal kelas yang mana hampir 4x seminggu, serta tugas kelompok yang harus diselsaikan tepat waktu. Meskipun begitu Ara belajar untuk mempercayai suaminya dalam menggantikan peran untuk menjaga anak sementata waktu.


Tantangan lainnya adalah tantangan kehidupan sosial, personal, dan lainnya selama di Denmark itu sendiri, salah satunya adalah culture shock. Seperti yang diketahui bahwa Denmark merupakan salah satu negara Nordic dimana saat memasuki musim dingin, setiap hari cuaca bisa sangat berubah, hujan, badai, dan sangat berawan sehingga secara tidak langsung ternyata hal tersebut mempengaruhi psikis masyarakatnya termasuk dirinya. Disisi lain, Ara juga menceritakan bahwa Denmark merupakan salah satu negara yang serba terstruktur, terukur, sistematis, dan bahkan semua sistem mulai dari kesehatan, transportasi, pemerintahan sudah terdigitalisasi. Dengan begitu, banyak hal unik namun juga rumit yang harus Ara dan keluarga ikuti dan sesuaikan agar bisa mendapatkan izin tinggal di Denmark.


Manajemen Waktu dan Adaptasi
Di Denmark, Ara berhasil mengatur waktu antara studi, keluarga, dan pekerjaan sampingan. Sistem pendidikan yang terstruktur membantu Ara menyesuaikan jadwal akademik dengan tanggung jawab rumah tangga. Ia bahkan sempat mengambil pekerjaan paruh waktu sebagai housekeeping seperti mahasiswa pada umumnya di Negara tersebut untuk menambah pengalaman baru dan juga uang yang Ia dapatkan bisa dipergunakan untuk tambahan tabungan agar bisa jalan-jalan keliling eropa ketika libur perkuliahan datang.


Dukungan suami sangat berarti selama program ini berlangsung. Suaminya tidak hanya mendukung secara moral tetapi juga turut menjaga anak mereka. Ara merasa beruntung karena suaminya selalu memberikan izin dan dukungan penuh terhadap keputusannya, meskipun banyak orang mempertanyakan apakah seorang wanita yang sudah menikah boleh mengambil program seperti ini.
Anaknya juga dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan baru. Sebagai seorang ibu, Ara awalnya khawatir tentang makanan dan produk yang sesuai untuk anaknya. Namun, fasilitas dan kualitas produk di Denmark terbukti lebih baik, sehingga anaknya tidak mengalami masalah berarti, bahkan berat badannya ideal selama tinggal di sana.


Momen Berkesan dan Pengalaman Unik
Banyak momen berkesan yang dialami Ara selama tinggal di Eropa. Salah satu pengalaman paling menyentuh adalah saat pertama kali melihat salju bersama anaknya. Salju menjadi pengalaman baru yang menyenangkan, terutama bagi sang anak yang sedang berada di usia emas (golden age).


Selain itu, Ara juga mengalami momen menegangkan saat bepergian ke Paris dan kehilangan paspor karena kecopetan. Beruntung, ia memiliki surat izin tinggal yang dapat menggantikan paspornya untuk sementara waktu.
Pencapaian lain yang sangat membanggakan adalah ketika Ara bisa menginjakkan kaki di empat negara Eropa---Denmark, Italia, Paris, dan Austria---pada usia yang relatif muda, yaitu 24 tahun.


Inspirasi bagi Banyak Orang
Kisah Fatimah Azzahra adalah bukti bahwa mimpi besar dapat diwujudkan dengan tekad, kerja keras, dan dukungan dari orang-orang tercinta. Ia menunjukkan bahwa peran sebagai wanita karier, istri, dan ibu dapat dijalankan secara harmonis dengan manajemen waktu yang baik.


Melalui pengalaman hidupnya, Ara menginspirasi banyak orang, khususnya perempuan, untuk terus mengejar impian, terlepas dari tantangan yang ada. Baginya, keberhasilan bukan hanya tentang pencapaian pribadi, tetapi juga tentang bagaimana memberikan dampak positif bagi keluarga dan lingkungan sekitar.


Manfaat Program Pertukaran Pelajar
Keikutsertaan Ara dalam program pertukaran pelajar tidak hanya memberikan pengalaman baru tetapi juga berdampak besar pada pengembangan dirinya secara akademik dan personal. Secara personal, ia mendapatkan pengalaman berharga dengan merasakan langsung atmosfer pendidikan di luar negeri, yang menurutnya sangat berbeda dibandingkan dengan pengalaman belajar di Indonesia.


Manfaat akademik dari program ini juga sangat terasa. Ara mendapatkan banyak perhatian dari perusahaan saat mencari pekerjaan karena latar belakang pendidikannya yang melibatkan pengalaman internasional. Hal ini menjadi salah satu faktor yang memudahkan dirinya untuk diterima di sebuah perusahaan global bahkan sebelum ia resmi menyelesaikan kuliahnya. Ia mengakui, pengalaman berkuliah di luar negeri menjadi keunggulan yang membuatnya lebih mudah memasuki dunia kerja dibandingkan teman-temannya yang tidak memiliki pengalaman serupa.


Pengaruh Program terhadap Kehidupan Keluarga
Keputusan Ara untuk membawa keluarganya ke Denmark memberikan pengaruh besar dalam kehidupan mereka. Salah satu dampaknya adalah Ara dapat memulai kariernya lebih cepat dibandingkan rekan-rekannya, sebuah keuntungan yang berdampak langsung pada masa depan keluarganya.


Pengalaman tinggal di Denmark bersama keluarga juga menjadi momen pembelajaran yang sangat berharga. Ara merasakan betapa pentingnya perencanaan matang, baik dari segi material maupun mental, terutama saat membawa serta keluarga kecilnya ke luar negeri. Keputusan ini membangun fondasi yang kuat untuk rencana-rencana masa depannya.


Keterampilan dan Wawasan Baru di Denmark
Selama menjalani program di Denmark, Ara memperoleh banyak wawasan baru terkait jurusannya, khususnya dalam bidang bisnis internasional. Jika di LSPR ia lebih banyak mempelajari dasar-dasar bisnis, di Denmark ia mendapatkan perspektif global yang lebih mendalam tentang dinamika bisnis internasional. Wawasan ini tidak hanya memperkaya pemahamannya tetapi juga memperluas peluang karier di masa depan.


Keputusan Membawa Keluarga: Pilihan Tepat
Ara merasa membawa keluarganya ke Denmark adalah keputusan yang sangat tepat. Bagi dirinya, pengalaman ini tidak hanya memberikan manfaat pribadi tetapi juga berdampak positif pada suami dan anaknya. Ia yakin bahwa jika kesempatan ini tidak diambil, ia akan menyesal di kemudian hari. Pengalaman tinggal di luar negeri bersama keluarga memperkuat ikatan mereka dan memberikan pelajaran hidup yang tak ternilai.


Karena pengalaman ini, Ara juga berencana untuk melanjutkan pendidikan S2 di luar negeri dan membawa keluarganya kembali. Baginya, ini adalah cara terbaik untuk terus belajar sekaligus memberikan pengalaman baru bagi keluarga kecilnya.


Rencana Masa Depan: Akademik dan Profesional
Ara memiliki rencana besar untuk melanjutkan pendidikan S2 di luar negeri. Ia yakin bahwa melanjutkan studi akan membuka lebih banyak peluang, baik untuk pengembangan akademik maupun profesionalnya. Meski rencana kariernya di luar negeri masih belum sepenuhnya terbayang, Ara tetap optimis dan mempersiapkan diri untuk kemungkinan tersebut.


Pesan untuk Perempuan yang Ingin Studi ke Luar Negeri
Untuk perempuan yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri, terutama mereka yang sudah berkeluarga, Ara memberikan pesan sederhana namun penuh semangat: go ahead! Ia meyakini bahwa keputusan untuk belajar di luar negeri adalah langkah terbaik, terutama jika didukung oleh keluarga dan lingkungan.


Menurut Ara, meskipun studi di luar negeri memiliki tantangan, manfaatnya jauh lebih besar. Kuncinya adalah memiliki niat, visi, dan misi yang jelas. Ketika tujuan sudah ditentukan, proses menghadapi tantangan akan terasa lebih mudah, dan manfaat yang didapatkan akan jauh lebih berharga.


Refleksi: Apa yang Ingin Dilakukan Berbeda?
Jika diberi kesempatan untuk mengulang pengalaman ini, Ara mengaku akan lebih mempersiapkan aspek material dengan lebih baik. Saat ke Denmark, biaya untuk keluarganya sepenuhnya ditanggung secara pribadi, sehingga ia merasakan betapa pentingnya perencanaan finansial yang matang.


Selain itu, ia juga ingin mempersiapkan mental yang lebih kuat agar lebih siap menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul selama tinggal di luar negeri. Ia berharap pada kesempatan berikutnya, khususnya saat melanjutkan studi S2, persiapannya dapat lebih sempurna.


Harapan untuk Keluarga dan Karier
Ara memiliki harapan besar untuk masa depan keluarganya. Ia ingin agar adik-adiknya dan orang tuanya juga merasakan pengalaman tinggal di luar negeri. Menurutnya, keberhasilan satu anggota keluarga untuk tinggal di luar negeri dapat membuka jalan bagi anggota keluarga lainnya untuk mendapatkan kesempatan serupa, baik dalam konteks studi maupun karier.


Namun, Ara juga menekankan pentingnya memiliki dasar kemampuan berbahasa Inggris. Baginya, kemampuan ini adalah kunci utama untuk membuka peluang di luar negeri. Ia berharap keluarganya dapat mengembangkan kemampuan ini agar dapat mengikuti jejaknya dan meraih kesuksesan di tingkat internasional.


Kisah Fatimah Azzahra adalah contoh nyata bagaimana mimpi, keberanian, dan dukungan keluarga dapat membawa seseorang mencapai pencapaian luar biasa. Pengalamannya membuktikan bahwa dengan perencanaan yang matang, komitmen, dan semangat belajar yang tinggi, tantangan sebesar apa pun dapat dilalui. Fatimah Azzahra tidak hanya menjadi inspirasi bagi perempuan Indonesia tetapi juga bagi siapa saja yang memiliki mimpi besar untuk menembus batas-batas geografis dan meraih kesuksesan di panggung global.


Perspektif Saksi Hidup: Faiza Dhuha Azzahra, Adik Fatimah Azzahra
Faiza Dhuha Azzahra, adik kedua dari Fatimah Azzahra, memberikan pandangan menarik tentang perjalanan hidup kakaknya yang penuh inspirasi. Faiza sendiri saat ini sedang menempuh pendidikan di Universitas Komputer Indonesia (Unikom) dengan jurusan Manajemen Bisnis. Melalui kesaksian Faiza, kita dapat melihat betapa Fatimah Azzahra, atau yang biasa ia panggil dengan sebutan Ara, telah menjadi panutan bagi adik-adiknya, terutama dalam hal semangat belajar dan mengejar cita-cita.


1. Ara yang Ambisius Sejak Dini
Faiza mengungkapkan bahwa Ara telah menunjukkan ambisi besar sejak masa kecil. "Ka Ara sudah ambisius sedari SD," ujar Faiza. Hobi belajar menjadi ciri khas Ara yang membuatnya berbeda dari anak-anak lain di lingkungannya. Selain itu, Ara telah memiliki mimpi besar untuk belajar di luar negeri sejak kecil, suatu impian yang jarang dimiliki oleh anak-anak seusianya.
Selepas SMA, Ara sempat memulai perjalanannya dengan melanjutkan kuliah di Turki. Tetapi studi tersebut sempat terhenti karena Ia harus Kembali ke Indonesia dan menikah dengan sang suami, Farhan Makarim. Namun, Ara tidak menyerah begitu saja. Ia kembali melanjutkan pendidikan di Indonesia dan akhirnya berhasil mengikuti program pertukaran pelajar ke Eropa, membuktikan tekadnya yang kuat untuk mewujudkan mimpi masa kecilnya.


2. Motivasi yang Bersumber dari Impian Masa Kecil
Motivasi Ara dalam mengikuti program pertukaran pelajar tidak datang dari dorongan eksternal, melainkan dari dirinya sendiri. Faiza menjelaskan bahwa cita-cita Ara untuk belajar di luar negeri telah menjadi bagian dari mimpinya sejak kecil. Impian ini memberikan Ara semangat untuk terus belajar, bahkan di tengah berbagai tantangan yang dihadapinya, seperti menikah di usia muda dan tanggung jawab sebagai seorang ibu.


3. Tantangan Baru di Negeri Orang
Salah satu tantangan besar yang dihadapi Ara selama tinggal di Jerman adalah menghadapi musim salju. Sebagai orang Indonesia yang terbiasa dengan iklim tropis, pengalaman menghadapi musim dingin ekstrem menjadi hal yang benar-benar baru bagi Ara. "Itu merupakan hal baru bagi beliau," ujar Faiza, menyoroti bagaimana Ara harus beradaptasi dengan cuaca dan lingkungan yang berbeda. Meski demikian, Ara tetap mampu menyesuaikan diri dan menjadikan tantangan tersebut sebagai bagian dari pembelajarannya di luar negeri.


4. Membagi Peran sebagai Ibu, Istri, dan Mahasiswa
Fatimah Azzahra dikenal sebagai sosok yang cekatan dalam membagi peran sebagai seorang ibu, istri, dan mahasiswa. Faiza menjelaskan bahwa dukungan dari keluarga, terutama mertua Ara, sangat membantu Ara menjalankan tugas-tugasnya. Saat Ara berkuliah di Indonesia, anaknya sering dijaga oleh mertuanya selagi Ia ada jadwal kuliah.
Tidak hanya itu, peran suami Ara juga sangat besar dalam mendukung perjuangannya. Suami Ara selalu memberikan dukungan emosional dan praktis sehingga mereka dapat saling membantu dalam mengurus rumah tangga. Dengan dukungan dari keluarga, Ara mampu tetap fokus pada studinya tanpa melupakan tanggung jawabnya di rumah.


5. Kebanggaan terhadap Perjuangan Ara
Bagi Faiza, salah satu hal yang paling membanggakan dari Ara adalah ambisinya yang kuat untuk terus belajar. Ara tidak pernah menyerah pada mimpi-mimpinya, bahkan di tengah berbagai rintangan yang dihadapinya. "Hal yang membuat bangga adalah dilihat dari perjuangannya yang sangat ambisius untuk terus belajar," kata Faiza.
Semangat Ara juga telah memberikan pengaruh besar bagi adik-adiknya. Faiza sendiri mengaku merasa termotivasi untuk mencontoh perjuangan kakaknya. Ara tidak hanya menjadi inspirasi bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi keluarganya, terutama para adiknya, untuk berani bermimpi besar dan berjuang mewujudkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun