Mohon tunggu...
Bilqis aulia Safitri
Bilqis aulia Safitri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 6

SMAN 1 PADALARANG

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mimpi

24 Februari 2022   23:20 Diperbarui: 24 Februari 2022   23:28 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Adzan subuh mengalun dengan indah seakan menyuruhku untuk bangun dari tidur yang lelap. Ku singkirkan selimut yang menyelimutiku seraya berjalan membuka tirai jendela, Langit yang masih gelap dengan angin sepoy-sepoy seakan mengajak untuk tidur kembali. Namun, kulangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk melaksanakan kewajibanku sebagai umat muslim. Selepas sholat subuh aku bergegas untuk mandi, hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah sebagai murid SMA. Betapa semangatnya aku menyambut hari sembari menyiapkan beberapa hal yang akan kubawa ke sekolah.


Oh ya, Sampai lupa memperkenalkan diri. Hai namaku Arabella Ahlamsyaqi, biasa dipanggil ara. Nama yang orang tuaku beri dengan arti perempuan cantik yang memiliki mimpi seluas laut dan dipenuhi banyak keberuntungan. Sesuai dengan namaku, aku termasuk anak yang ceria, senang berkomunikasi, dan tentunya banyak sekali memiliki mimpi. Orang tua ku berharap dengan nama yang telah mereka beri, aku bisa membuktikan kelak bahwa aku akan bermanfaat untuk setiap orang dengan mimpiku ini.


Pagi yang cerah ini membuatku tak sabar sampai disekolah, hingga datang terlalu pagi yang hanya menyisakan aku seorang dikelas. Aku begitu semangat, akan sangat menyenangkan bukan memiliki teman baru?. Sampai pada akhirnya beberapa orang datang, tak ada seorang pun yang kukenali disini, mereka sangat terlihat glamour atau bisa dibilang terlihat seperti orang-orang kaya. Aku yang berpenampilan seadanya membuatku tidak percaya diri, pasalnya apakah aku bisa berteman dengan mereka yang lebih diatasku? Atau kah aku akan dikucilkan? Aku bukan anak orang kaya namun cukup untuk bisa bersekolah disini. Baru saja masuk sekolah sudah membuatku insecure, ucapku dalam hati. Karena sekolah baruku termasuk mewah jadi tidak ada bangku berdua semuanya sendiri-sendiri, mungkin terinspirasi dari drama korea yang sering aku tonton kali ya hhe.

***

Kringg kringg


Bel jam pertama berbunyi. Seorang guru menghampiri kelas kami yang sudah kuduga bahwa itu adalah walikelas, membuka percakapan pada kelas yang sunyi ini "Selamat pagi anak-anak ibu tercinta" senyumnya  "Pagi bu" jawab kami serempak "Perkenalkan nama ibu Aida nur, kalian bisa panggil ibu dengan sebutan bu nur. Ibu harap kita bisa bekerjasama untuk membangun kelas yang nyaman dan menumbuhkan siswa yang berprestasi ya." Setelah berbincang-bincang dengan Bu Nur, guru pertamaku masuk ke kelas untuk memulai pelajaran.

Pelajaran pertama dimulai, teman-teman dikelasku ini tak ada seorang pun yang mendengarkan guru yang sedang menjelaskan. Mengapa mereka ini? Tak ada sedikit pun sikap menghargai. Rasanya ingin mencabik cabik muka mereka dengan kuku ku yang panjang. Hingga saat guru ku bertanya apakah ada yang ingin menanyakan tentang materi ini, mereka sama sekali tak menggubris. Diam seolah-olah mengerti.  Aku mengangkat tanganku. "Bu maaf, dikelas ini sepertinya tidak ada yang mendengarkan saat ibu menjelaskan." Pernyataanku membuat temanku yang ada dikelas risih, seolah mengatakan ada apa dengan anak ini. Guru itu hanya tersenyum lalu melenggang pergi.

Selepas pelajaran guru tadi, beberapa anak perempuan menghampiriku "wah ada anak caper disini, pengen banget ya disayang guru" tanpa sopan nya mereka menoyor kepalaku. Aku terdiam kaget, apa salah nya aku mengatakan itu kepada guru? tujuan sekolah kan untuk belajar, mencari dan menambah wawasan ilmu tapi bisa-bisanya mereka seperti itu.

Tak sampai disitu saja beberapa anak perempuan tadi malah merudung, tak ada seorang pun yang menghentikannya. Aku memberanikan diri untuk melawan mereka, mengatakan berbagai macam kata agar berhenti. Seolah takut denganku mereka pergi meninggalkan kerumunan.

Aku tak habis pikir ada apa dengan mereka? Apakah tujuan mereka bukan sekolah? Hanya menghabiskan waktu untuk menjadi perudung? Buang buang waktu saja.


Saat kejadian itu aku berpikir untuk menutup diri, mereka tak ingin berteman denganku. Begitupun aku, tak ada guna nya merudung orang dan tidak akan terlihat hebat menjadi seorang perudung. Fokus ku sekarang adalah belajar. Meraih mimpi yang sedang aku usahakan untuk ku gapai. Takkan memperdulikan apapun yang mereka lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun