Ketiga, minta izin anak (jika memungkinkan). Jika anak sudah cukup besar untuk memahami, mintalah izin mereka sebelum membagikan foto atau video.
Ini dapat membantu mereka merasa dihormati dan memiliki kendali atas identitas digital mereka.
Keempat, hindari menggunakan anak sebagai alat pencitraan. Jangan sampai sharenting menjadi ajang untuk mencari pengakuan sosial atau keuntungan pribadi.
Fokuslah pada kebahagiaan anak, bukan pada jumlah likes atau komentar. Jangan jadi orang tua yang egois!
Kelima, pikirkan dampak jangka panjang. Sebelum mengunggah, tanyakan pada diri Anda: "Apakah konten ini akan memengaruhi anak saya di masa depan?"
Jika ada kemungkinan konten tersebut akan memalukan atau membahayakan, sebaiknya urungkan niat untuk membagikannya.
Kesimpulan Â
Sharenting adalah tren yang muncul dari kebutuhan untuk berbagi pengalaman sebagai orang tua di era media sosial.
Meski memberikan banyak manfaat, praktik ini juga membawa risiko serius terhadap privasi dan kesejahteraan anak.
Sebagai orang tua, Anda memiliki tanggung jawab besar untuk melindungi anak, termasuk dalam dunia digital.
Dengan membatasi informasi yang dibagikan, menjaga privasi, serta selalu memikirkan dampak jangka panjang, Anda dapat menjalankan sharenting secara bijak dan aman.