Pasalnya, di Pulau Pari, banyak wilayah yang terkena abrasi. Salah satu penahan abrasi yang daya tahannya kuat adalah mangrove, meski disadari pertumbuhannya butuh waktu yang lama.
Berkat kerja keras masyarakat, sekitar 40 ribu pohon mangrove telah tumbuh subur dalam tiga tahun terakhir.
Upaya tersebut tidak hanya dilakukan oleh warga setempat, tapi juga melibatkan wisatawan yang mengunjungi pulau-pulau tersebut.
Kolaborasi ini menunjukkan semangat gotong royong masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan demi masa depan anak cucu mereka.
Dampak Pengerukan Pasir terhadap Ekosistem dan Kehidupan Masyarakat
Sayangnya, kerja keras masyarakat harus menghadapi kenyataan pahit.
Diketahui, aktivitas pengerukan pasir ilegal untuk proyek reklamasi telah menghancurkan 40 ribu pohon mangrove berusia tiga tahun di area seluas 1,37 hektare di Kepulauan Pari.
Selain mangrove, pengerukan ini juga merusak terumbu karang dan padang lamun, yang merupakan habitat penting bagi berbagai biota laut.
Kerusakan ini memiliki dampak langsung terhadap masyarakat Pulau Pari, baik dari segi lingkungan maupun ekonomi.
Ekosistem mangrove, terumbu karang, dan padang lamun selama ini menjadi tempat mencari ikan, kerang, dan rumput laut yang menopang kehidupan warga.
Namun, dengan rusaknya ekosistem tersebut, warga kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-sehari mereka.Â