Branding yang lemah juga membuat masyarakat tidak melihat pasar rakyat sebagai pilihan utama untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Ketiga, masalah pengelolaan. Meski pasar telah direvitalisasi, masalah pengelolaan, harus diakui, sering kali, menjadi kendala.
Beberapa pedagang mengeluhkan kurangnya dukungan dari pihak pengelola dalam hal pemasaran, kebersihan, dan kenyamanan fasilitas.
Selain itu, upaya untuk mencegah penyalahgunaan kios dengan sistem kartu pengenal (ATM bank) belum sepenuhnya efektif dalam menjaga keberlanjutan operasional pasar.
Keempat, lokasi dan aksesibilitas. Lokasi Pasar Manggis yang strategis, ternyata tidak cukup untuk menarik pengunjung jika aksesibilitasnya kurang diperhatikan.
Masalah seperti kurangnya lahan parkir atau transportasi umum yang tidak memadai bisa menjadi alasan mengapa masyarakat enggan mengunjungi pasar ini.
Bagaimana PD Pasar Jaya Menyikapinya?
Sebagai pengelola pasar rakyat di Jakarta, PD Pasar Jaya tentu memegang peran kunci dalam mengatasi permasalahan ini. Beberapa langkah strategis yang mungkin dapat diambil untuk menghidupkan kembali Pasar Manggis ini meliputi:
Pertama, meningkatkan promosi dan branding. Pasar Jaya perlu mengembangkan strategi pemasaran yang lebih agresif untuk menarik perhatian masyarakat.
Promosi melalui media sosial, kerja sama dengan influencer lokal, dan penyelenggaraan acara komunitas di pasar dapat menjadi langkah awal. Selain itu, branding pasar sebagai ruang keluarga yang ramah dan modern perlu ditekankan untuk mengubah persepsi masyarakat.
Kedua, digitalisasi pasar. Mengikuti perkembangan teknologi, pasar rakyat juga harus beradaptasi dengan era digital. PD Pasar Jaya dapat bekerja sama dengan platform e-commerce untuk membantu pedagang memasarkan produk mereka secara online.
Dengan demikian, pasar rakyat dapat tetap relevan di tengah perubahan pola konsumsi masyarakat saat ini.