Tapi, siapa sangka, cerita ini ternyata punya daya tarik luar biasa. Dalam Kilas Balik, artikel tersebut telah dibaca sebanyak 41.963 kali. Angka yang, jujur saja, jauh di luar ekspektasi saya.
Pencapaian lain yang membuat saya tersenyum lebar adalah total keterbacaan konten saya sepanjang tahun. Angkanya mencapai 235.566! Sebagai perbandingan, tahun lalu total keterbacaan saya hanya 22.304.
Jadi, kalau dihitung-hitung, ini semacam lompatan kuantum dalam dunia literasi saya di Kompasiana.
Puncaknya adalah ketika saya masuk sebagai Nomine Best in Opinion 2024 pada bulan November. Momen ini benar-benar jadi salah satu highlight perjalanan menulis saya.
Lantas, apa yang saya lakukan setelah semua pencapaian ini? Apakah saya akan berpuas diri dan berhenti menulis?
Tentu tidak! Menulis di Kompasiana bukan sekadar soal peringkat atau label, tapi tentang membagikan cerita, opini, dan inspirasi.
Saya percaya, seperti kata senior saya, Felix Tani, "Menulis sampai mati di Kompasiana!" Kalimat ini jadi mantra yang terus membakar semangat saya untuk tetap produktif.
Bagi saya, setiap cerita, sekecil apa pun, punya nilai. Entah itu pengalaman sehari-hari, opini ringan, atau kisah yang menyentuh hati.
Semua tulisan punya peluang untuk memberikan dampak positif bagi orang lain. Itulah alasan saya tetap semangat menulis, meskipun dalam kesibukan kuliah dan bekerja.
Melihat kembali perjalanan di Kilas Balik Kompasiana 2024, saya merasa sangat bersyukur. Ini bukan hanya tentang angka-angka, tapi juga tentang proses, dedikasi, dan komunitas yang luar biasa.
Kompasianer lain juga tidak kalah hebat. Selamat untuk Kakek Wijaya Kusumah yang tetap memegang gelar Kompasianer Terpopuler. Saya salut dengan konsistensi beliau.