Mereka yang tidak memiliki tempat penampungan air memadai di rumah juga bakal lebih sulit mengatasi situasi ini.
Selain itu, gangguan suplai air juga dapat menimbulkan risiko kesehatan. Ketika pasokan air bersih terhenti, beberapa warga mungkin terpaksa menggunakan air yang kurang higienis untuk keperluan tertentu.
Risiko ini dapat meningkat, jika gangguan berlangsung lebih lama dari yang direncanakan.
Dampak lain yang sering terlupakan adalah beban psikologis yang dirasakan masyarakat. Ketidakpastian mengenai kapan suplai air akan kembali normal dapat menimbulkan stres, terutama bagi mereka yang tinggal di wilayah dengan gangguan yang sering terjadi.
Hal ini mencerminkan pentingnya komunikasi yang lebih baik dari pihak penyedia layanan untuk menjaga kepercayaan masyarakat.
Upaya Warga Jakarta Menghadapi Gangguan Suplai Air
Meski gangguan suplai air menjadi masalah berulang, warga Jakarta memiliki berbagai cara untuk mengatasinya. Berikut adalah beberapa langkah yang mungkin dapat dilakukan:
Pertama, menyediakan tempat penampungan air. Warga dapat menggunakan drum, ember besar, atau tangki air untuk menyimpan air sebelum gangguan terjadi.
Dengan cara ini, kebutuhan dasar seperti mandi dan memasak tetap dapat terpenuhi meski pasokan air terhenti.
Kedua, memanfaatkan air galon. Membeli air galon sebagai cadangan dapat menjadi solusi sementara.
Namun, langkah ini memerlukan anggaran tambahan, terutama jika gangguan berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan.
Ketiga, berbagi informasi antarwarga. Komunikasi antarwarga di lingkungan sekitar dapat membantu mengantisipasi dampak gangguan air.