Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Giant Mangrove Wall, Solusi Ekologis untuk Pesisir Jakarta

21 November 2024   02:20 Diperbarui: 21 November 2024   17:07 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta, sebagai kota metropolitan yang terus tumbuh, menghadapi berbagai tantangan lingkungan, termasuk banjir, penurunan muka tanah, dan abrasi di wilayah pesisir.

Salah satu solusi yang sempat menjadi sorotan belakangan ini adalah pembangunan giant sea wall, dinding raksasa yang dirancang untuk menahan air laut dan melindungi Daerah Khusus Ibukota Jakarta hingga Jawa Timur.

Namun, solusi ini menuai kritikan, karena berpotensi berdampak negatif pada ekosistem laut dan pesisir serta memerlukan biaya yang sangat besar. Di sisi lain, muncul alternatif yang lebih ramah lingkungan, yakni giant mangrove wall.

Apa itu giant mangrove wall? Secara sederhana, ini adalah benteng alami yang terdiri dari hutan mangrove yang ditanam di pesisir untuk melindungi wilayah dari ancaman banjir rob dan abrasi.

Tetapi, apa yang membuat giant mangrove wall lebih unggul dibandingkan dengan giant sea wall? Mari kita bahas bersama!

Mengapa Giant Mangrove Wall Lebih Baik daripada Giant Sea Wall?

Jika giant sea wall adalah pendekatan berbasis infrastruktur berat, giant mangrove wall adalah solusi berbasis alam yang memanfaatkan kekuatan ekosistem mangrove untuk mengatasi masalah pesisir. Berikut beberapa alasan mengapa pendekatan ini lebih baik.

Pertama, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Giant sea wall membutuhkan beton dan material konstruksi dalam jumlah besar, yang produksinya menyumbang emisi karbon tinggi.

Sebaliknya, mangrove justru menyerap karbon dioksida dari atmosfer, sehingga membantu mengurangi efek perubahan iklim (efek rumah kaca).

Kedua, efisiensi biaya jangka panjang. Membangun dan memelihara Giant Sea Wall membutuhkan dana triliunan rupiah. Selain itu, dinding beton rentan terhadap kerusakan akibat erosi dan kenaikan permukaan laut, sehingga memerlukan perbaikan secara berkala.

Giant mangrove wall hanya memerlukan biaya awal untuk penanaman dan perawatan hingga pohon mangrove matang, tetapi setelah itu, mangrove dapat berkembang secara alami.

Ketiga, fleksibilitas terhadap kenaikan permukaan laut. Berbeda dengan dinding beton yang statis, mangrove tumbuh dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan, termasuk kenaikan permukaan laut.

Mereka mampu memperkuat sedimen di sekitar akar mereka, sehingga menciptakan perlindungan yang dinamis dan terus berkembang.

Keempat, lebih tahan lama. Giant sea wall dibangun dengan konstruksi teknik bisa bertahan hingga 20-25 tahun, bila dirawat secara berkala. Namun giant mangrove wall, bisa bertahan lebih lama. Tanaman mangrove selalu membesar setiap tahunnya.

Dampak Positif Giant Mangrove Wall bagi Ekosistem Pesisir

Hutan mangrove bukan hanya perisai alami, tetapi juga rumah bagi keanekaragaman hayati. Berikut adalah beberapa manfaat ekologis yang luar biasa dari giant mangrove wall.

Pertama, mengurangi risiko bencana pesisir. Mangrove mampu menyerap energi gelombang hingga 75--90%, sehingga melindungi pesisir dari badai, tsunami, dan abrasi. Sistem akar mereka yang rapat menahan tanah agar tidak mudah terkikis.

Kedua, meningkatkan keanekaragaman hayati pesisir. Mangrove menyediakan habitat penting bagi berbagai spesies, termasuk ikan, udang, kepiting, dan burung. Hal ini dapat meningkatkan hasil tangkapan nelayan lokal, mendukung ekonomi masyarakat pesisir.

Ketiga, menyerap karbon dan mendukung mitigasi perubahan iklim. Hutan mangrove dikenal sebagai salah satu penyerap karbon terbaik di dunia. Mereka menyimpan karbon hingga empat kali lebih banyak daripada hutan daratan, menjadikannya senjata ampuh melawan perubahan iklim.

Keempat, peningkatan pariwisata dan edukasi lingkungan. Wilayah pesisir yang dilengkapi dengan hutan mangrove sering menjadi daya tarik wisata. Pengunjung dapat menikmati ekowisata sambil belajar tentang pentingnya pelestarian lingkungan.

Tantangan untuk Merealisasikan Giant Mangrove Wall

Meskipun solusi ini terlihat sangat menjanjikan di masa depan, ada berbagai tantangan yang harus diatasi untuk mewujudkannya di Jakarta.

Pertama, lahan pesisir yang terbatas dan tercemar. Wilayah pesisir Jakarta telah mengalami alih fungsi lahan secara masif.

Selain itu, tingkat pencemaran yang tinggi di Teluk Jakarta menjadi hambatan besar bagi pertumbuhan mangrove. Air yang penuh limbah industri dan domestik dapat meracuni tanaman mangrove yang baru ditanam.

Kedua, komitmen dan dukungan politik. Proyek besar seperti ini membutuhkan dukungan kuat dari pemerintah dan pemangku kepentingan. Namun, sering kali, kebijakan jangka panjang kalah prioritas dibandingkan proyek yang menghasilkan manfaat instan.

Ketiga, pendidikan dan kesadaran masyarakat. Kesuksesan giant mangrove wall sangat bergantung pada keterlibatan masyarakat lokal.

Banyak yang mungkin belum menyadari manfaat mangrove, sehingga diperlukan edukasi agar mereka mau berpartisipasi dalam program penanaman dan perawatan.

Keempat, pendanaan dan kerjasama antar pihak. Meskipun biaya jangka panjangnya lebih rendah dibandingkan dengan giant sea wall, proyek ini tetap memerlukan pendanaan awal yang signifikan. Kerjasama antara pemerintah, LSM, dan sektor swasta menjadi kunci untuk merealisasikan proyek ini.

Penutup: Langkah Menuju Masa Depan Berkelanjutan

Harus diakui, membangun giant mangrove wall di pesisir Jakarta bukanlah tugas yang mudah, tetapi melihat manfaat ekologis, sosial, dan ekonomi yang ditawarkannya menjadikannya solusi yang patut untuk diperjuangkan.

Dengan kombinasi kebijakan yang tepat, partisipasi masyarakat, dan komitmen lintas sektor, mimpi untuk memiliki benteng alami yang melindungi Jakarta dapat terwujud.

Melindungi pesisir bukan hanya tentang infrastruktur, tetapi juga tentang bagaimana kita hidup berdampingan dengan alam.

Dengan mengadopsi solusi berbasis alam seperti giant mangrove wall, kita tidak hanya melindungi diri dari bencana, tapi juga memberikan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Nah, bagaimana menurut Anda? Apakah giant mangrove wall merupakan solusi yang lebih baik ketimbang giant sea wall? Silakan bagikan pendapat Anda di kolom komentar!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun