Ketiga, fleksibilitas terhadap kenaikan permukaan laut. Berbeda dengan dinding beton yang statis, mangrove tumbuh dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan, termasuk kenaikan permukaan laut.
Mereka mampu memperkuat sedimen di sekitar akar mereka, sehingga menciptakan perlindungan yang dinamis dan terus berkembang.
Keempat, lebih tahan lama. Giant sea wall dibangun dengan konstruksi teknik bisa bertahan hingga 20-25 tahun, bila dirawat secara berkala. Namun giant mangrove wall, bisa bertahan lebih lama. Tanaman mangrove selalu membesar setiap tahunnya.
Dampak Positif Giant Mangrove Wall bagi Ekosistem Pesisir
Hutan mangrove bukan hanya perisai alami, tetapi juga rumah bagi keanekaragaman hayati. Berikut adalah beberapa manfaat ekologis yang luar biasa dari giant mangrove wall.
Pertama, mengurangi risiko bencana pesisir. Mangrove mampu menyerap energi gelombang hingga 75--90%, sehingga melindungi pesisir dari badai, tsunami, dan abrasi. Sistem akar mereka yang rapat menahan tanah agar tidak mudah terkikis.
Kedua, meningkatkan keanekaragaman hayati pesisir. Mangrove menyediakan habitat penting bagi berbagai spesies, termasuk ikan, udang, kepiting, dan burung. Hal ini dapat meningkatkan hasil tangkapan nelayan lokal, mendukung ekonomi masyarakat pesisir.
Ketiga, menyerap karbon dan mendukung mitigasi perubahan iklim. Hutan mangrove dikenal sebagai salah satu penyerap karbon terbaik di dunia. Mereka menyimpan karbon hingga empat kali lebih banyak daripada hutan daratan, menjadikannya senjata ampuh melawan perubahan iklim.
Keempat, peningkatan pariwisata dan edukasi lingkungan. Wilayah pesisir yang dilengkapi dengan hutan mangrove sering menjadi daya tarik wisata. Pengunjung dapat menikmati ekowisata sambil belajar tentang pentingnya pelestarian lingkungan.
Tantangan untuk Merealisasikan Giant Mangrove Wall
Meskipun solusi ini terlihat sangat menjanjikan di masa depan, ada berbagai tantangan yang harus diatasi untuk mewujudkannya di Jakarta.
Pertama, lahan pesisir yang terbatas dan tercemar. Wilayah pesisir Jakarta telah mengalami alih fungsi lahan secara masif.
Selain itu, tingkat pencemaran yang tinggi di Teluk Jakarta menjadi hambatan besar bagi pertumbuhan mangrove. Air yang penuh limbah industri dan domestik dapat meracuni tanaman mangrove yang baru ditanam.