Pertama, peningkatan sistem drainase dan pompa air. Sistem drainase yang baik menjadi kunci untuk mengurangi dampak banjir rob. Pemerintah perlu memastikan saluran air tidak tersumbat dan memiliki kapasitas yang memadai untuk mengalirkan air pasang dan air hujan.
Selain itu, pemasangan pompa air di daerah-daerah kritis, seperti Muara Angke, dapat membantu mempercepat proses surutnya genangan.
Kedua, pengelolaan tata ruang yang berkelanjutan. Salah satu penyebab banjir rob adalah pembangunan yang tidak sesuai dengan peruntukan lahan.
Pemerintah harus memperketat pengawasan terhadap pembangunan di kawasan pesisir utara Jakarta. Relokasi sebagian penduduk yang tinggal di wilayah rentan banjir, juga perlu dipertimbangkan, dengan menyediakan hunian alternatif yang aman dan layak.
Ketiga, pengelolaan limbah yang terintegrasi. Air rob, sering kali, memperparah masalah lingkungan akibat limbah yang tidak terkelola dengan baik.
Karena itu, Pemprov perlu mengembangkan sistem pengelolaan limbah yang terintegrasi. Misalnya, memperbanyak fasilitas pengolahan limbah domestik dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya.
Keempat, sistem peringatan dini yang efektif. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah memberikan peringatan tentang potensi cuaca ekstrem, tetapi Masyarakat, sering kali, merasa kurang siap.
Untuk itu, diperlukan sistem peringatan dini yang lebih efektif, seperti pemasangan alat deteksi pasang surut air laut di titik-titik strategis.
Informasi ini dapat disampaikan melalui media sosial, aplikasi berbasis ponsel, atau sistem pengeras suara di wilayah terdampak.Â
Kelima, edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Penanggulangan banjir rob tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah.
Warga perlu dilibatkan melalui edukasi dan pelatihan tentang cara menghadapi bencana ini. Contohnya, pelatihan membuat barikade sementara menggunakan karung pasir atau teknik sederhana lainnya yang dapat meminimalkan dampak banjir.