Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Perilaku BAB dan Pembuangan Popok Sembarangan Masih Ditemukan di Jakarta

3 November 2024   14:58 Diperbarui: 3 November 2024   16:54 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Penunjuk arah menuju fasilitas mandi-cuci-kakus di RW 022, Blok Empang, Penjaringan, Jakarta Utara | Sumber: Kompas.id/Fakhri Fadlurrohman

Selain itu, banyak warga yang tidak memahami dampak buruk dari pembuangan popok sembarangan, seperti pencemaran air dan tanah.

Kurangnya sosialisasi intensif membuat sebagian besar masyarakat memandang perilaku ini sebagai hal biasa, sehingga masih banyak yang tidak memiliki kesadaran untuk mengubah perilaku tersebut.

Ketiga, kendala ekonomi. Aspek ekonomi turut menjadi kendala. Bagi sebagian warga yang berada di bawah garis kemiskinan, membangun atau menyewa fasilitas sanitasi dianggap sebagai beban tambahan.

Hal ini membuat mereka lebih memilih menggunakan tempat-tempat umum atau saluran air terdekat untuk BAB dan pembuangan popok, meski mereka memahami bahwa perilaku tersebut kurang baik.

Risiko Kesehatan dan Lingkungan dari BAB dan Pembuangan Popok Sembarangan

Tahukah Anda bahwa perilaku BAB dan pembuangan popok sembarangan memiliki risiko besar terhadap kesehatan dan lingkungan? Tanpa penanganan yang serius, risiko-risiko ini dapat semakin memperburuk kualitas hidup di Jakarta.

Pertama, pencemaran air dan tanah. Praktik BAB dan pembuangan popok sembarangan mencemari air tanah dan air sungai di sekitarnya.

Limbah ini mengandung bakteri dan zat kimia berbahaya yang berpotensi mencemari sumber air bersih yang digunakan oleh warga sekitar. Akibatnya, kualitas air minum menurun dan berisiko menyebabkan penyakit.

Kedua, penyebaran penyakit. Limbah manusia yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber penyebaran penyakit seperti diare, kolera, dan hepatitis.

Warga yang menggunakan air dari sumber tercemar atau yang berinteraksi dengan limbah tersebut memiliki risiko tinggi terkena penyakit menular.

Data menunjukkan bahwa masyarakat di area dengan sanitasi buruk cenderung lebih rentan terhadap penyakit akibat kontaminasi bakteri dan virus dari limbah manusia.

Ketiga, dampak lingkungan yang berkepanjangan. Popok sekali pakai, yang sering kali terbuat dari bahan yang sulit terurai, mencemari lingkungan dalam jangka panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun