Jelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpillih Prabowa Subianto - Gibran Rakabuming Raka, sejumlah program unggulan pemerintah makin dimantapkan.
Salah satu program yang dimantapkan adalah Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi siswa-siswa di sekolah dasar dan menengah, yang akan diberikan sebanyak dua kali sehari.
Makan bergizi gratis tidak hanya diberikan kepada anak sekolah saja, tetapi juga untuk balita, dan ibu hamil atau menyusui.
Kebijakan ini bertujuan untuk mengatasi masalah kekurangan gizi di kalangan anak-anak Indonesia, meningkatkan prestasi akademik, serta mengurangi kesenjangan sosial di sekolah.
Namun, di balik antusiasme publik terhadap kebijakan ini, terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan.
Tiga aspek utama yang menjadi fokus perhatian tulisan ini adalah anggaran, tantangan implementasi, dan dukungan publik terhadap kebijakan ini.
MBG Membebani Negara?
Menyediakan makan bergizi gratis bagi jutaan siswa di seluruh Indonesia sebanyak dua kali sehari adalah kebijakan yang membutuhkan anggaran besar.
Estimasi anggaran untuk kebijakan ini bisa mencapai triliunan rupiah per tahun, tergantung pada skala pelaksanaannya dan jumlah siswa yang menjadi target.
Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menyatakan program ini, jika diimplementasikan secara penuh, akan menjangkau hingga 82,9 juta penerima dengan anggaran sebesar Rp 400 triliun. (Sumber: Kompas.com).
Sumber pendanaan program ini perlu dipikirkan secara matang oleh pemerintah agar dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan.