Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Doom Spending di Kalangan Gen Z, Pelarian atau Bumerang?

3 Oktober 2024   23:43 Diperbarui: 6 Oktober 2024   10:07 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Fenomena doom spending di kalangan anak muda | Sumber gambar: pixabay.com/Borevina

Salah satu cara paling efektif untuk mencegah doom spending adalah dengan meningkatkan literasi keuangan di kalangan anak muda.

Literasi keuangan adalah kunci untuk mengajarkan mereka tentang pengelolaan keuangan yang bijak, termasuk pentingnya menabung, membuat anggaran, dan membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

Di samping itu, peran keluarga dan lingkungan juga sangat penting. Orang tua bisa menjadi contoh dalam hal pengelolaan keuangan yang baik, serta memberikan pemahaman kepada anak-anak mereka mengenai bahaya belanja impulsif.

Di sekolah-sekolah dan institusi pendidikan, topik tentang literasi keuangan seharusnya dimasukkan dalam kurikulum agar anak muda lebih sadar dan teredukasi tentang risiko finansial sejak dini.

Konselor dan psikolog juga dapat memainkan peran penting dalam menangani masalah ini, terutama bagi mereka yang sudah menunjukkan tanda-tanda doom spending.

Konseling keuangan bisa membantu individu mengatasi kecanduan belanja serta memberikan strategi untuk mengendalikan dorongan impulsif dalam berbelanja.

Penutup

Sebagai penutup: Fenomena doom spending adalah cerminan dari ketidakstabilan emosional dan sosial di era modern.

Anak muda, khususnya Generasi Z, sangat rentan terhadap perilaku konsumtif yang tidak terkendali, terutama karena pengaruh media sosial dan kemudahan akses belanja online.

Meskipun demikian, dengan literasi keuangan yang baik, dukungan dari keluarga, serta bantuan dari konselor atau psikolog, perilaku ini dapat dikendalikan.

Pada akhirnya, penting bagi kita untuk mulai memahami bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari berapa banyak barang yang kita miliki atau seberapa mahal kehidupan yang kita jalani. Melainkan, kebahagiaan itu muncul dari keseimbangan hidup yang sehat, termasuk keseimbangan finansial.

Mengendalikan doom spending bukan hanya tentang menghemat uang, tetapi juga tentang menjaga stabilitas emosional dan mental di tengah tekanan sosial yang semakin besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun