Tentu saja, kondisi ini memperburuk kebiasaan konsumtif dan bisa menyebabkan perilaku boros tanpa disadari.
Ancaman Utang dan Bahaya Pinjol Mengintai
Selain masalah konsumtif, doom spending juga membawa risiko finansial yang serius, terutama bagi anak muda yang menggunakan aplikasi pinjaman online (pinjol) atau layanan pay later.
Banyak anak muda, terutama Generasi Z, menggunakan aplikasi ini tanpa memikirkan dampak jangka panjang.
Pada awalnya, layanan pay later dan pinjol tampak menggoda karena menawarkan kemudahan dan kenyamanan dalam berbelanja tanpa perlu membayar di muka.
Namun, tanpa pengelolaan yang baik, utang bisa menumpuk dan menjadi masalah yang sulit diatasi.
Faktanya, data menunjukkan bahwa peningkatan signifikan dalam penggunaan aplikasi pay later di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di kalangan anak muda.
Adek Media Roza, Executive Director Katadata Insight Center, mencatat bahwa pengguna usia 30 tahun ke atas meningkat dari 27,8% pada tahun 2022 menjadi 29,6% pada tahun 2023. (Sumber: mediaindonesia.com).
Sayangnya, banyak di antara mereka yang terjebak dalam utang akibat kurangnya kesadaran tentang bunga dan biaya tambahan yang harus dibayar.
Belum lagi, aplikasi pinjol yang kerap kali menerapkan suku bunga yang tinggi dan persyaratan pembayaran yang ketat.
Anak muda yang tidak mampu melunasi utang akhirnya harus berhadapan dengan tekanan finansial yang lebih besar, bahkan hingga mengalami stres yang lebih parah.
Bagaimana Mencegah Fenomena Doom Spending?
Mengingat dampak negatif yang cukup serius, fenomena doom spending di kalangan anak muda perlu ditangani secara serius.