Pada tanggal 28 September 2024 lalu, Indonesia memperingati Hari Ulang Tahun ke-79 PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan sekaligus merayakan Hari Kereta Api Nasional.
Tema yang diusung untuk peringatan tahun ini adalah "Safety and Sustainability" atau "Keselamatan dan Keberlanjutan." (Sumber: detik.com).
Tema ini menjadi refleksi penting bagi perkembangan sektor transportasi di Indonesia, khususnya kereta api, untuk tidak hanya menjamin keamanan dan kenyamanan penumpang, tetapi juga berfokus pada upaya pengurangan dampak lingkungan dalam pengelolaan transportasi.
Sejarah panjang kereta api di Indonesia tidak hanya berbicara tentang teknologi transportasi, tetapi juga terkait erat dengan perjuangan kemerdekaan bangsa.
Dalam konteks ini, peringatan Hari Kereta Api Nasional tidak hanya menjadi momen untuk mengapresiasi kemajuan infrastruktur perkeretaapian, tetapi juga mengenang aksi patriotik para buruh kereta api dalam merebut kendali pengelolaan dari penjajah Jepang pada 28 September 1945.
Dengan semangat tersebut, kini Indonesia terus mengembangkan jaringan perkeretaapian yang lebih modern dan berkelanjutan.
Pada tulisan ini kita akan membahas latar belakang berdirinya perkerataapian di Indonesia, perkembangan dan tantangan perkeretaapian, serta agenda keberlanjutan.
Latar Belakang Berdirinya Perkeretaapian di Indonesia
Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai jauh sebelum kemerdekaan. Pada tahun 1864, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Sloet van Beele, melakukan seremoni pembangunan rel kereta api pertama yang menghubungkan kota Semarang dan Surakarta.
Jalur ini dibangun oleh perusahaan swasta Belanda bernama Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).
Kesuksesan proyek ini mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk membangun jaringan kereta api yang lebih luas melalui perusahaan Staatsspoorwegen (SS), dengan jalur utama yang membentang antara Surabaya dan Pasuruan sepanjang 63 kilometer.