Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengapa Banyak Orang Tidak Melanjutkan Studi ke Tingkat Doktoral?

12 September 2024   23:45 Diperbarui: 15 September 2024   10:51 21202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi shutterstock via KOMPAS.com

Saya adalah mahasiswa semester satu pada Program Doktor Teologi Sekolah Tinggi Teologi Ekumene (selanjutnya disingkat STTE) Jakarta.

Sedikit informasi saja bahwa STT Ekumene Jakarta adalah sekolah teologi milik Swasta, tepatnya milik dari Yayasan Jalan Kebenaran.

Belum genap dua bulan berkuliah di STTE, saya sudah merasa kesulitan dalam membuat tugas dan kesulitan dalam mengatur waktu antara bekerja, melayani di gereja, dan kuliah.

Sehingga, harus saya akui bahwa menempuh studi hingga jenjang doktoral bukanlah pilihan yang mudah bagi sebagian besar orang.

Tulisan ini hendak menyoroti alasan mengapa banyak orang tidak ingin melanjutkan studi ke jenjang doktor dan mengapa studi doktoral penting.

Alasan Utama Mengapa Studi Doktoral Sepi Peminat

Ada banyak faktor yang membuat individu berpikir ulang atau bahkan memutuskan untuk tidak melanjutkan studi hingga tingkat ini.

Berikut ini adalah beberapa alasan utama mengapa seseorang tidak berminat untuk melanjutkan studi ke level doktor.

Pertama, Tuntutan Waktu dan Komitmen

Program doktoral sering kali membutuhkan waktu yang lama, bisa mencapai 3 hingga 7 tahun atau bahkan lebih tergantung pada bidang studi dan kompleksitas penelitian yang dilakukan.

Tidak semua orang siap atau mampu mengalokasikan waktu selama itu untuk mengejar gelar doktor, apalagi jika mereka sudah memiliki tanggung jawab lain, seperti pekerjaan atau keluarga.

Dalam banyak kasus, studi doktoral memerlukan dedikasi penuh dan sering kali membatasi waktu untuk hal-hal lain.

Bagi seseorang yang sudah memiliki kehidupan profesional atau keluarga yang mapan, kesulitan untuk membagi waktu antara studi, pekerjaan, dan kehidupan pribadi bisa menjadi faktor penghalang utama.

Kedua, Tekanan Mental dan Emosional

Studi doktoral bukan hanya menantang dari segi akademis, tetapi juga dari segi mental dan emosional.

Mahasiswa doktoral sering kali diperhadapkan pada tuntutan tinggi dari supervisor, tekanan untuk menghasilkan penelitian yang berkualitas, hingga tantangan dalam mempertahankan motivasi di tengah jalan yang panjang dan berliku.

Kondisi ini dapat menyebabkan beberapa masalah serius seperti stres, kecemasan, bahkan kelelahan mental yang berkelanjutan.

Selain itu, ada perasaan isolasi yang kerap kali dirasakan oleh mahasiswa doktoral.

Berbeda dengan program sarjana atau magister yang umumnya diisi dengan interaksi kelas dan kerja kelompok, studi doktoral lebih bersifat mandiri.

Itu sebabnya, mahasiswa sering kali harus berjuang sendiri dengan penelitian mereka, yang membuat proses ini terasa sangat sunyi dan melelahkan.

Ketiga, Ketidakpastian Karir

Tidak semua lulusan doktor mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan ekspektasi mereka.

Meskipun gelar doktor menunjukkan keahlian di bidang tertentu, banyak orang yang merasakan ketidakpastian dalam prospek karir setelah lulus.

Posisi akademik yang terbatas, persaingan ketat di dunia industri, serta ketidakcocokan antara gelar doktor dan peluang kerja di luar akademisi membuat sebagian orang ragu apakah investasi waktu dan tenaga yang besar itu sepadan dengan hasil yang didapatkan.

Di banyak negara, termasuk Indonesia, peluang karir di dunia akademis terbatas, sementara itu di sektor industri, gelar doktor tidak selalu menjadi prasyarat untuk posisi-posisi strategis.

Ini yang kemudian membuat orang berpikir ulang apakah mereka harus menempuh jalur doktoral yang panjang dengan risiko yang tidak sepadan.

Keempat, Biaya Studi yang Mahal

Biaya yang dibutuhkan untuk menempuh program doktoral juga menjadi pertimbangan besar banyak orang.

Meski beberapa program doktoral menawarkan beasiswa atau pembiayaan penuh, tidak semua orang beruntung mendapatkannya.

Ada yang harus mengeluarkan biaya besar untuk biaya kuliah, penelitian, hingga biaya hidup selama menempuh program tersebut.

Bagi mereka yang sudah memiliki tanggungan atau tanggung jawab finansial lainnya, ini bisa menjadi hambatan besar.

Kelima, Kurangnya Motivasi

Beberapa orang merasa bahwa gelar doktor tidak sesuai dengan tujuan hidup atau karir mereka.

Jika seseorang tidak memiliki motivasi yang kuat atau minat yang mendalam di bidang akademik atau penelitian, maka sulit bagi mereka untuk menemukan alasan untuk melanjutkan studi hingga tingkat doktoral.

Tanpa motivasi intrinsik yang kuat, tantangan yang muncul selama proses doktoral bisa terasa sangat berat dan tidak sepadan dengan pengorbanan yang dilakukan.

Ilustrasi: Kuliah Kolokium Biblikum dengan dosen pengampu Dr. Grant Nixon | Sumber: Dokpri/Billy
Ilustrasi: Kuliah Kolokium Biblikum dengan dosen pengampu Dr. Grant Nixon | Sumber: Dokpri/Billy

Mengapa Studi Doktoral Penting?

Di sisi lain, meskipun menempuh studi doktoral bukanlah pilihan yang mudah, ada banyak alasan mengapa mendapatkan gelar doktor bisa sangat penting, baik secara personal maupun profesional.

Berikut ini adalah beberapa alasan yang mendukung pentingnya studi doktoral, terutama dalam bidang teologi Kristen:

Pertama, Menghasilkan Kontribusi Ilmiah

Studi doktoral memungkinkan seseorang untuk berkontribusi langsung pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Mahasiswa doktoral tidak hanya belajar dari penelitian yang sudah ada, tetapi juga dituntut untuk menghasilkan penemuan baru yang bisa memperkaya bidang ilmu yang mereka tekuni.

Dalam banyak kasus, penelitian doktoral dapat membawa terobosan besar yang berdampak pada masyarakat, baik dalam bidang teologi, kesehatan, teknologi, ekonomi, atau ilmu sosial.

Kontribusi ini tidak hanya memberi dampak pada dunia akademis, tetapi juga pada industri dan kebijakan publik.

Mereka yang berhasil menyelesaikan penelitian doktoral memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah kompleks yang dihadapi dunia saat ini.

Kedua, Keahlian dan Kompetensi Tingkat Tinggi

Studi doktoral menawarkan kesempatan untuk mendalami satu bidang ilmu secara intensif, seperti saya yang mendalami bidang ilmu teologi Kristen.

Proses ini melibatkan pengembangan kemampuan berpikir kritis, analitis, serta keterampilan riset yang sangat mendalam.

Seorang doktor memiliki keahlian di tingkat tertinggi dalam bidangnya dan menjadi salah satu orang yang paling kompeten dalam topik tersebut.

Di dunia kerja, keahlian ini sangat berharga, terutama di sektor-sektor yang membutuhkan inovasi dan pengembangan teknologi baru.

Mereka yang memiliki gelar doktor sering kali dianggap sebagai pemimpin pemikiran atau "thought leader" dalam bidang mereka dan diberi tanggung jawab untuk memimpin proyek-proyek penting.

Ketiga, Membuka Peluang Karir di Dunia Akademik

Bagi mereka yang bercita-cita untuk menjadi akademisi, gelar doktor adalah syarat utama untuk menjadi dosen atau peneliti di universitas dan lembaga penelitian.

Selain itu, gelar doktor sering kali menjadi prasyarat untuk mendapatkan dana penelitian atau hibah, baik di lingkungan akademis maupun industri.

Di dunia akademis, seorang doktor memiliki wewenang untuk mengajar, membimbing mahasiswa, serta berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan ilmiah yang membangun reputasi mereka di komunitas akademik.

Tentu ini adalah kesempatan untuk membagikan ilmu yang telah dipelajari dan berkontribusi pada pendidikan generasi berikutnya.

Keempat, Memperluas Jaringan Profesional

Selama menempuh studi doktoral, mahasiswa tidak hanya belajar dari supervisor atau dosen, tetapi juga dari komunitas ilmiah yang lebih luas.

Konferensi, seminar, dan kolaborasi penelitian membuka kesempatan untuk membangun jaringan dengan para ahli, akademisi, serta profesional di bidang yang sama.

Jaringan ini sangat berharga, terutama ketika seorang mahasiswa doktoral mulai mencari kesempatan kerja atau kolaborasi setelah lulus.

Jaringan ini juga membantu membangun reputasi dalam bidang keilmuan. Kolaborasi internasional sering kali menjadi kunci dalam memperluas dampak penelitian dan membuka peluang baru yang tidak bisa dicapai tanpa hubungan dengan pakar-pakar di luar institusi asal.

Kelima, Mengembangkan Pemikiran Inovatif

Studi doktoral mengajarkan bagaimana cara berpikir di luar kebiasaan dan mencari solusi untuk masalah yang kompleks.

Dalam prosesnya, mahasiswa doktoral diajak untuk berpikir secara inovatif, mengidentifikasi masalah-masalah baru, dan merancang pendekatan-pendekatan baru untuk menyelesaikannya.

Keahlian ini sangat penting dalam berbagai sektor, terutama dalam industri yang berfokus pada inovasi teknologi atau pengembangan kebijakan publik.

Kesimpulan

Sebagai penutup: Meskipun banyak tantangan yang dihadapi dalam menempuh studi doktoral, bagi sebagian orang, nilai dari perjalanan ini sangatlah signifikan.

Mereka yang memilih jalur doktoral tidak hanya mengejar gelar akademis, tetapi juga memiliki kesempatan untuk membuat perubahan besar dalam bidang ilmu yang mereka tekuni, mendapatkan keahlian yang mendalam, dan memperluas jaringan profesional yang berharga.

Bagi mereka yang memiliki motivasi, visi, dan tekad yang kuat, studi doktoral bisa menjadi salah satu investasi terbaik untuk masa depan, baik dari segi karir maupun kontribusi pada masyarakat.

Namun, sebelum mengambil keputusan, penting sekali bagi setiap individu untuk mempertimbangkan dengan matang apakah jalur ini sesuai dengan minat, tujuan, dan kapasitas mereka, karena hanya dengan motivasi yang tepat seseorang bisa menempuh perjalanan doktoral dengan sukses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun