Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Senang traveling dan tertarik dengan isu-isu Sustainable Development Goals (SDGs).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bisakah Gereja Menjadi Ruang yang Aman bagi Umat?

4 September 2024   22:28 Diperbarui: 4 September 2024   22:29 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesehatan mental atau sebutan lainnya kesehatan jiwa adalah isu yang semakin mendapat perhatian dalam masyarakat modern.

Namun, di banyak komunitas gereja, masih ada stigma yang kuat terhadap orang-orang yang mengalami masalah kesehatan mental.

Gereja, sebagai tempat yang seharusnya menjadi rumah bagi semua orang, memiliki tanggung jawab besar untuk mendukung jemaat yang berjuang dengan kondisi mental mereka.

Beberapa jenis gangguan mental yang umum terjadi antara lain depresi, gangguan bipolar, kecemasan, gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan obsesif kompulsif (OCD), dan psikosis.

Berikut adalah langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan oleh gereja untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental jemaat.

Pertama, Hentikan Stigma terhadap Kondisi Mental

Salah satu hambatan terbesar dalam penanganan masalah kesehatan mental adalah stigma yang melekat pada orang-orang yang mengalaminya.

Di beberapa komunitas gereja, masih ada anggapan bahwa masalah mental terkait dengan kurangnya iman, dosa, atau bahkan pengaruh roh jahat.

Persepsi ini tidak hanya salah, tetapi juga sangat merugikan. Gereja perlu mengubah narasi ini dengan mengedukasi jemaat tentang kesehatan mental sebagai bagian dari kesejahteraan manusia yang utuh, bukan sebagai tanda kelemahan atau kurangnya iman.

Kedua, Sediakan Akses terhadap Layanan Kesehatan Mental

Gereja dapat memainkan peran penting dalam menyediakan akses ke layanan kesehatan mental. Salah satu cara praktis adalah dengan menyediakan informasi kontak psikolog atau psikiater yang dapat dihubungi oleh jemaat yang membutuhkan.

Selain itu, gereja bisa mempertimbangkan untuk menjalin kemitraan dengan profesional kesehatan mental untuk memberikan konseling atau sesi dukungan di lingkungan gereja.

Langkah ini tidak hanya memberikan bantuan yang diperlukan, tetapi juga menunjukkan bahwa gereja peduli dengan kesejahteraan mental jemaatnya.

Ketiga, Ciptakan Ruang Aman dalam Ibadah dan Kegiatan Gereja

Bagi banyak orang, gereja adalah tempat berlindung dari dunia luar yang keras. Namun, bagi mereka yang merasa minoritas, baik karena masalah mental atau alasan lainnya, gereja bisa menjadi tempat yang menakutkan.

Oleh karena itu, sangat penting bagi gereja untuk menciptakan ruang aman dalam setiap ibadah dan kegiatan.

Ini bisa diwujudkan dengan memperhatikan bahasa yang digunakan dalam khotbah dan kegiatan, serta dengan mengadakan program yang inklusif dan mendukung semua jemaat, tanpa memandang kondisi mereka.

Keempat, Menjadi Teman yang Mendampingi, Bukan Menghakimi

Gereja harus menjadi tempat di mana setiap orang merasa didengarkan dan diterima, bukan dihakimi. Ketika seseorang berbagi tentang perjuangan mereka dengan kesehatan mental, maka respons gereja haruslah penuh empati dan dukungan.

Ini berarti bahwa, kita perlu belajar menjadi teman yang mendampingi, yang hadir tanpa menghakimi atau memberikan solusi instan.

Menunjukkan kehadiran yang penuh kasih dan empati dapat menjadi penyembuhan tersendiri bagi mereka yang sedang berjuang.

Kelima, Advokasi Kesehatan Mental di Semua Ruang Hidup

Advokasi untuk kesehatan mental tidak boleh berhenti di dalam gereja saja. Setiap individu di dalam gereja harus menjadi advokat kesehatan mental di mana pun mereka berada---di tempat kerja, di rumah, atau di lingkungan sosial.

Dengan mempromosikan kesadaran tentang kesehatan mental dan mengurangi stigma di berbagai ruang hidup, kita bisa membangun komunitas yang lebih peduli dan inklusif.

Sebagai penutup: Gereja memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung kesehatan mental jemaatnya.

Dengan menghentikan stigma, menyediakan akses ke layanan kesehatan mental, menciptakan ruang aman, menjadi teman yang mendampingi, dan melakukan advokasi, gereja dapat menjadi tempat yang benar-benar mencerminkan kasih Kristus.

Mari kita bersama-sama membangun gereja yang peduli dan menjadi sumber kekuatan bagi mereka yang sedang berjuang dengan kondisi mentalnya.

Jika kamu mengenal seseorang yang punya pikiran untuk mengakhiri hidup atau jika kamu sendiri sedang memiliki pikiran ini, segeralah meminta pertolongan kepada pendeta gerejamu atau ke tenaga profesional seperti konselor atau psikolog terdekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun