Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Pengangguran Indonesia Tertinggi di ASEAN, Pemerintah Bisa Apa?

20 Juli 2024   22:03 Diperbarui: 22 Juli 2024   13:35 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pencari kerja | Sumber Gambar: KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI) 

Selain itu, ketakutan untuk mengambil risiko dan kecenderungan untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat pribadi masing-masing turut memengaruhi fenomena pengangguran, kemajuan ilmu pengetahuan teknologi (IPTEK) membuat banyak perusahaan hanya sedikit membutuhkan tenaga kerja karena posisinya telah tergantikan dengan hadirnya teknologi terkini seperti robot.

Inilah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran di Indonesia kian tinggi hingga kini. Fenomena ini, tentu saja, perlu disikapi dengan serius oleh pemerintah, sebab jika tidak, kita bakal selamanya terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan.

Sumber gambar: Dok. Liputan6.com
Sumber gambar: Dok. Liputan6.com

Strategi Membendung Gejolak Pengangguran

Tingginya pengangguran jelas berpengaruh secara langsung terhadap tingkat kesejahteraan dan produktivitas kerja masyarakat. Karena itu, perlu strategi jitu untuk membendung peningkatan angka pengangguran. Berikut ini adalah beberapa strategi jitu yang bisa diterapkan dan dikembangkan.

Pertama, pendidikan vokasi sebagai kunci mengurangi pengangguran. Diketahui, pemerintah melalui Ditjen Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah berupaya menekan angka pengangguran dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan "menikahkan" dunia pendidikan dan industri. (Sumber: KOMPAS.com).

Melalui "pernikahan" vokasi dengan dunia usaha dan industri, Ditjen Vokasi tengah menggenjot sinergi dan peningkatan kompetensi guru, hingga penyusunan kurikulum supaya sesuai dengan kebutuhan industri.

Salah satu usaha yang ditempuh ialah melalui balai besar penjamin mutu pendidikan vokasi bidang bisnis dan pariwisata, yang banyak dicari oleh industri.

Pertanyaannya, apakah pendidikan vokasi dapat menjadi jawaban atas kebutuhan industri atau justru menciptakan masalah baru, seperti pengangguran terdidik?

Salah satu tantangan yang dihadapi pendidikan vokasi di Indonesia adalah ketidaksesuaian antara kurikulum yang diajarkan dengan kebutuhan nyata di lapangan.

Banyak lulusan SMK dan Politeknik yang mengeluhkan bahwa keterampilan yang mereka pelajari tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh industri. Apalagi dunia industri di Indonesia saat ini terus berkembang dan berubah seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan pasar global.

Karena itu, pemerintah mesti benar-benar memastikan supaya keterampilan pada pendidikan vokasi sesuai dengan dunia industri di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun