Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nominee Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Urgensi Dukungan Pemerintah terhadap Pendidikan Nonformal

10 Juli 2024   14:11 Diperbarui: 11 Juli 2024   11:38 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena pendidikan nonformal diadakan di luar pendidikan nonformal, ia bersifat fleksibel. Pasalnya, lembaga pendidikan nonformal dapat mendesain dan menerapkan metode dan kurikulumnya sendiri, atau tidak terikat dengan aturan atau ketentuan sebagaimana lembaga pendidikan formal.

Di lembaga pendidikan formal, terkadang siswa belum bisa menemukan satu bidang yang dia sukai. Atau, bisa jadi siswa memiliki ketertarikan pada bidang pelajaran tertentu atau ekstrakurikuler di sekolahnya, hanya saja pengajarannya belum maksimal.

Di sinilah, pendidikan nonformal menjadi semacam suplemen bagi para siswa yang terdaftar pada pendidikan formal. Dengan mengikuti kursus, misalnya, kebutuhan anak untuk pengembangan diri yang diinginkannya bakal terakomodasi.

Pendidikan nonformal yang ranah pengajarannya lebih spesifik membuat siswa dapat menemukan tempat sesuai dengan ketertarikannya. Pendidikan nonformal menjadi sebuah tempat yang cocok untuk mengembangkan bakat siswa sejak dini.

Selain itu, siswa yang terlanjur putus sekolah bisa tetap mendapatkan pendidikan melalui sistem pendidikan nonformal sebagai bekal masa depannya. Siswa yang putus sekolah bisa mengejar Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP), maupun Paket C (setara SMA).

Pendidikan Nonformal Perlu Mendapat Perhatian Pemerintah

Ilustrasi: Anak belajar di Bimbel | Sumber gambar: Dokumen pribadi/Ani Mulyani
Ilustrasi: Anak belajar di Bimbel | Sumber gambar: Dokumen pribadi/Ani Mulyani

Dilihat dari berbagai aspek, pendidikan nonformal memiliki sejumlah keunggulan seperti waktunya yang lebih fleksibel, bahan ajar yang bisa dikembangkan sesuai kebutuhan siswa, peserta tidak dibatasi usia, dan heterogen.

Perannya dalam mendukung program wajib belajar 12 tahun sangat terasa. Karena itu, pemerintah perlu menaruh perhatian serius pada pendidikan nonformal.

Sayangnya, kesenjangan antara pendidikan formal dan nonformal kian terlihat jelas terutama dari sisi anggaran.

Hal ini pernah disampaikan Hetifah Sjaifudian, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, menurutnya anggaran pendidikan nonformal tertinggal jauh dari pendidikan formal yang memang teralokasikan dengan baik dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Sebagai perbandingan saja, anggaran untuk pendidikan formal pada tahun 2023 mencapai Rp 612 triliun. Sedangkan, anggaran untuk pendidikan nonformal kurang dari Rp 10 miliar di setiap daerah. (Sumber: VALIDNEWS.id). Ironis, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun