Ketika sedang asyik ngobrol, tiba-tiba seekor burung bangau berusia remaja terbang dan hinggap di atas sepotong bambu yang ditancapkan ke dalam air.
Sesaat saya mengamatinya, burung bangau itu berwana abu-abu, paruh dan kakinya panjang. Ia cukup dekat dengan tempat kami duduk.
Spontan saya langsung mengambil handphone dari dalam saku celana dan memotret burung bangau itu. Senang sekali bisa melihat burung bangau dari dekat.
Pak Husein mengatakan, ada empat ekor burung bangau yang ia pelihara sejak kecil, termasuk yang hinggap di atas sepotong bambu ini. Sambil menunjuk ke arah burung ia berujar, "Itu ada tali di kakinya, saya yang ikat".
Tidak terasa, hari sudah mulai gelap; sudah sekitar satu jam kami ngobrol. Saya lalu minta izin untuk pamit pulang. Namun, sebelum pulang, saya meminta kesediaan beliau untuk foto bareng sebagai kenang-kenangan.
Saya berharap Pemerintah dapat menggandeng Pak Husein dan menjadikan kawasan hutan mangrove ini sebagai salah satu destinasi wisata di Muara Angke.
Kan bagus ya, di tengah-tengah pemukiman padat penduduk terdapat ruang hijau (hutan mangrove). Ia laksana oase yang dapat menyegarkan warga sekitar.
Saya mengajak seluruh warga sekitar Pelabuhan Muara Angke untuk tidak lagi membuang sampah sembarangan, sebab dapat mencemari lingkungan: air dan hutan bakau.
Apabila air dan hutan bakau rusak, maka sudah tidak ada tempat lagi bagi hewan laut dan darat seperti ikan, kepiting, burung, dan biawak untuk tinggal. Pada akhirnya, kita sendiri yang menderita, bukan?
Â