Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ecobrick: Solusi Kreatif Selamatkan Lingkungan dari Sampah Plastik

23 Mei 2024   17:16 Diperbarui: 24 Mei 2024   04:36 6901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga mengolah sampah plastik menjadi kursi menggunakan metode ecobrick. (Sumber gambar: infopulbik.id)

Saat ini sampah merupakan permasalahan serius yang dihadapi oleh penduduk Jakarta. Bagaimana tidak, tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Bantargebang, Kota Bekasi dinilai sudah kelebihan kapasitas (over capacity) pada tahun depan.

Mengapa bisa over capacity? Karena jumlah produksi sampah setiap tahun akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Jakarta.

Menurut laporan KOMPAS.id, sebanyak 6.500-7.000 ton sampah setiap hari dikirim dari Jakarta ke TPST Bantargebang. Dari total sampah yang dibawa masuk ke TPST Bantargebang, 53 persen sampah adalah sisa makanan, 9 persen plastik, 8 persen reside, 7 persen kertas, dan sampah-sampah lainnya.

Namun, apabila dilihat secara nasional, timbunan sampah di 194 kabupaten atau kota se-Indonesia, sampah plastik menduduki peringkat kedua, yaitu sebanyak 18 persen atau sekitar 3,4 juta ton dari total 19,180 juta ton sampah se-Indonesia.

Artinya, sampah plastik bukan hanya permasalahan serius di tingkat lokal saja, tetapi juga menjadi permasalahan serius di tingkat nasional, bahkan global.

Apabila sampah plastik tidak dikelola dengan baik dan bijaksana, maka sampah-sampah plastik itu akan mencemari lingkungan darat dan laut, sehingga menyebabkan kerusakan.

Wilayah utara Jakarta yang diselimuti oleh berjuta ton sampah plastik menjadi bukti dari kegagalan Pemprov DKJ Jakarta dalam menangani sampah plastik.

Lantas, solusi seperti apa untuk mengatasi sampah plastik yang tengah mengancam lingkungan Jakarta saat ini? Yuk, mari kita ngulik bersama-sama.

Ecobrick sebagai Solusi Kreatif Mengolah Sampah Plastik

Di samping metode mendaur ulang sampah plastik menjadi produk kerajinan tangan, ternyata masih ada metode lain yang bisa diterapkan untuk mengolah sampah plastik menjadi sesuatu yang berdaya guna bagi manusia.

Apa itu? Ecobrick, namanya. Mungkin, ada di antara pembaca yang belum familiar dengan istilah tersebut, karena itu izinkan saya untuk memperjelasnya di sini.

Menurut Danur Lambang Pristiandaru, seperti yang dikutip dari KOMPAS.com, ecobrick berasal dari dua kata dalam Bahasa Inggris, yakni "eco" dan "brick". Eco memiliki arti lingkungan, sedangkan brick memiliki arti bata.

Apabila diterjemahkan secara langsung, ecobrick memiliki arti: yang ramah lingkungan. Ecobrick dapat digunakan sebagai alternatif pengganti bata untuk mendirikan bangunan rumah. Ecobrick berwujud botol plastik dengan isian berbagai macam sampah plastik hingga penuh dan padat.

Jadi, ecobrick itu bukan proses mendaur ulang sampah plastik, melainkan memperpanjang usiannya dengan mengolahnya menjadi sesuatu barang yang berguna untuk kepentingan manusia.

Ecobrick bisa dirangkai menjadi apa saja? Seperti yang sudah dijelaskan di atas, ecobrick bisa dirangkai menjadi batu bata untuk keperluan bangunan rumah, selain itu bisa juga dirangkai menjadi kursi, meja, panggung kecil, pohon natal, kolam ikan, dan lain sebagainya.

Apa manfaat yang kita rasakan dari pengolahan sampah plastik menggunakan metode ecobrick ini? Tentu, banyak manfaat yang bisa kita rasakan seperti mengurangi sampah plastik, dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat, tak terkecuali penyandang disabilitas.

Beragam bentuk barang berkualitas yang bisa dihasilkan dari metode ecobrick ini, secara langsung akan menguatkan perekonomian suatu daerah.

Mengoptimalkan Penanganan Sampah Plastik Melalui Metode Ecobrick

Pemprov Daerah Khusus Jakarta (DKJ) melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) hingga hari ini terus berusaha keras melakukan penanganan sampah plastik di wilayah-wilayah pesisir Jakarta.

Misalnya, di kawasan Marunda Kepu, Cilincing, Jakarta Utara. Setiap hari, sampah anorganik berhasil dikumpulkan rata-rata sebesar 700 kilogram. Sampah sebanyak ini berasal dari muara Kali Bekasi.

Warga nelayan pesisir Marunda Kepu memanfaatkan sampah plastik yang bertebaran di tepi pantai sepanjang 15 meter untuk dijual ke pengepul. Sampah plastik yang dijual berupa botol dan gelas aqua.

Berbeda dengan warga nelayan yang tinggal di Pulau Pari, Kepulaun Seribu, mereka umumnya mengumpulkan sampah plastik untuk kemudian dikirim menggunakan kapal khusus pengangkut sampah ke Jakarta.

Padahal, masyarakat pesisir Jakarta bisa saja menyulap sampah plastik menjadi sesuatu barang yang bernilai tinggi daripada sekadar menjualnya ke pengepul dengan harga yang murah per kilonya.

Sudah saatnya, Pemprov Daerah Khusus Jakarta dan Pemkab Kepulauan Seribu memperkenalkan kepada masyarakat pesisir cara mengolah sampah plastik yang ramah lingkungan, yakni menggunakan metode ecobrick.

Cara Mudah Mengolah Sampah Plastik Menggunakan Metode Ecobrick

Cara mengolah sampah menggunakan metode ecobrick ini tidak susah. Gampang. Berikut ini adalah alat, bahan, serta cara pembuatan ecobrick yang dikutip dari berbagai sumber.

1. Alat dan Bahan

Untuk alatnya ada gunting, tongkat kayu atau bambu berdiameter 2 cm dengan panjang 40 cm. Sedangkan bahannya, berupa botol plastik bekas air minum dengan jenis dan ukuran yang seragam.

Selain itu, berbagai jenis sampah plastik seperti kantong kresek, kemasan makanan, hingga kemasan minuman instan. Alat dan bahan ini sangat mudah kita temukan.

2. Cara Membuatnya

Untuk pembuatannya, langkah pertama kita mencuci terlebih dahulu botol plastik bekas sampai bersih, kemudian keringkan sampai kering.

Lankah kedua, cuci semua jenis sampah plastik sampai kering, kemudian gunting kecil-kecil. Masukan potongan-potongan sampah tadi ke dalam botol plastik.

Langkah ketiga, dorong potongan-ptongan sampah tadi menggunakan tongkat hingga padat. Setelah penuh, tutup dengan penutupnya.

Langkah yang terakhir, jangan lupa untuk memberikan label pada setiap ecobrick seperti tanggal dan beratnya.

Nah, bagaimana mudah kan membuat ecobrick dari sampah plastik? Jadi, mulai sekarang jangan lagi membuang sampah plastik sembarangan, tetapi memanfaatkannya untuk membuat ecobrick, sehingga bisa digunakan atau dijual.

Sebagai kesimpulan, penggunaan ecobrick ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengurangi volume sampah plastik yang jumlahnya kian meningkat, sekaligus menjadi solusi untuk membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat pesisir Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun