Saya dan istri menikah tahun 2022, setelah pacaran selama 5 tahun. Cukup lama. Kala itu, Covid-19 di Indonesia sudah mulai reda.Â
Sebagai pasangan muda yang baru menikah, tentu kami berkeinginan untuk memiliki anak. Tetapi, keinginan yang baik itu pada akhirnya kami kubur lantaran situasinya tak memungkinkan.
Beberapa situasi yang memaksa kami menguburkan cita-cita untuk punya anak, yaitu: kami masih memiliki tanggungan kuliah S-2, tentu secara ekonomi kami belum siap, demikian juga secara mental.Â
Seandainya, setelah menikah kami langsung punya anak tanpa pertimbangan situasi yang ada, barangkali kami bakal mengalami banyak masalah sulit saat ini karena ketiadaan persiapan.
Selama hampir 2 tahun, kami telah belajar dari pengalaman pasangan muda yang mempunyai anak tanpa persiapan yang matang. Ada teman kami yang menikah lebih dulu dari kami.Â
Selang beberapa bulan, si istri dikonfirmasi positif hamil, sementara BPJS Kesehatannya belum aktif. Saat tiba persalinan, si suami kebingungan mencari pertolongan, untunglah pihak rumah sakit memperbolehkan bersalin di rumah sakit dengan catatan BPJS Kesehatan segera diurus.
Contoh kasus di atas, hanyalah salah satu dari sekian banyak kasus yang dialami oleh pasangan muda yang memiliki anak tanpa persiapan yang matang.Â
Jika kamu dan pasanganmu tidak ingin menanggung beban setelah memutuskan untuk punya anak, kamu dan pasanganmu perlu melakukan beberapa hal penting berikut.
1. Persiapan Keuangan
Memiliki anak tentu memerlukan biaya yang tak sedikit. Melansir riset yang dilakukan Tirto.id, diperoleh angka sebesar Rp 31.596.000 untuk membesarkan anak selama satu tahun yang lahir tahun 2016. Apabila diproyeksikan sampai anak tersebut mandiri yang diasumsikan pada umur 21 tahun, maka estimasi biaya yang mesti dikeluarkan sebesar Rp 2.945.102.750.
Angka yang fantastis, bukan? Itu baru gambaran untuk anak yang lahir tahun 2016 lho, bagaimana bila kamu berencana untuk punya anak di tahun 2024? Berapa biaya yang mesti dikeluarkan sampai anak tersebut mandiri secara finansial?
Tentu saja akan jauh lebih besar. Apalagi, setiap tahun terjadi inflasi, sehingga nilai uang semakin kecil, sementara biaya hidup semakin meroket. Artinya, biaya untuk anak sangat besar. Karena itu, kamu dan pasanganmu perlu secara serius menyiapkan dana tabungan untuk kehadiran buah hati.
2. Persiapan Perlindungan Kesehatan
Sudah bukan hal yang tabuh lagi bahwa biaya persalinan (baik yang normal maupun caesar) di rumah sakit yang ada di kota-kota besar di Indonesia sangat mahal. Mahal karena biaya bersalin bukan hanya menyangkut jasa dokter kandungan, tetapi juga biaya kamar dan perawatan bayi pasca kelahiran.
Dilansir dari laman cnbcindonesia.com, estimasi biaya persalinan normal hingga caesar di rumah sakit kawasan Jakarta berkisar antara 7 juta sampai Rp 48 juta. Karena itu, kamu dan pasanganmu perlu menyiapkan perlindungan kesehatan mulai sekarang agar biaya yang ditanggungkan menjadi lebih ringan.
Selain memiliki asuransi kesehatan, kamu dan pasanganmu, juga bisa membuat BPJS Kesehatan untuk mengcover kelahiran ibu dan anak nanti. Pasalnya, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan telah menanggung biaya pemeriksaan kehamilan, persalinan, hingga perawatan pasca persalinan.
3. Persiapan Fisik
Sebelum memiliki anak, kamu dan pasanganmu perlu menyadari perihal mengandung hingga membesarkan anak itu memerlukan kesiapan fisik yang matang.
Menurut American Pregnancy Association, sehat secara fisik merupakan hal penting agar memiliki kehamilan yang sehat. Salah satu sehat fisik ialah tidak kelebihan atau kekurangan berat badan. Kelebihan atau kekurangan berat badan khususnya pada calon ibu bisa berdampak bagi kesuburan dan kesehatan kehamilan. (Sumber: Genbest.id).
Menyadari adanya risiko ini, maka kamu dan pasanganmu perlu menjalani pola hidup sehat seperti makan makanan yang bergizi, rutin berolahraga, dan mengecek kesehatan. Persiapan ini tidak hanya pada saat mengikuti program hamil saja, tetapi terus berlangsung setelah kehamilan.
Kasus Pilot-Kopilot Batik Air yang tertidur 28 menit saat penerbangan dari Kendari menuju Jakarta, karena kecapean mengurus anak kembarnya yang baru lahir (usai 1 bulan) menjadi bukti bahwa tenaga ekstra sangat diperlukan calon orangtua.
4. Persiapan Mental
Selain persiapan fisik, persiapan mental juga perlu dimiliki oleh calon orangtua. Pasalnya, saat menjalani kehamilan ibu hamil biasanya akan fokus pada kesehatan fisiknya, terutama perkembangan janinnya. Akibatnya, tidak sedikit yang kemudian melupakan kesehatan mentalnya. Padahal, kesehatan mental juga sangat penting.
Saat menjalani kehamilan, ibu hamil rentan terhadap stres. Hal ini normal karena rasa khawatir ibu terhadap banyak hal. Kondisi ini, apabila tidak ditangani dengan serius akan berdampak buruk pada kesehatan ibu dan janin.
Salah satu cara untuk menolong pasanganmu yang sedang stres saat kehamilan adalah memberikan dukungan dengan membuatnya bahagia. Lakukan apapu supaya pasanganmu tetap bahagia. Hindari pertengkaran dengannya, bahkan pertengkaran yang kecil sekalipun.
Ini baru masa kehamilan lho, belum lagi masa pasca kehamilan dan membesarkan anak. Pasti lebih berat bebannya, sehingga membutuhkan persiapan mental yang lebih ekstra dari calon orangtua.
Kesimpulan: sebagai pasangan muda yang ingin memiliki anak, persiapan yang matang sangat penting untuk menghindari masalah dan beban yang berat di masa depan.
Beberapa persiapan yang perlu dipertimbangkan adalah persiapan keuangan, perlindungan kesehatan melalui BPJS Kesehatan yang perlu untuk mengurangi beban finansial, persiapan fisik, dan mental.
Dengan melakukan persiapan yang matang dalam keempat aspek ini, pasangan muda dapat mengurangi risiko dan beban yang timbul saat memutuskan untuk memiliki anak, serta memberikan fondasi yang lebih kuat untuk keluarga mereka di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H