Ekosistem terumbu karang memberikan keindahan dan keunikan tersendiri, sehingga aktivitas snorkeling dan diving menjadi hal yang menyenangkan.
Apabila terumbu karang memutih, maka ia akan kehilangan daya tarik, yang kemudian berdampak pada pertumbuhan ekonomi pariwisata itu sendiri di suatu wilayah pesisir.
Penanggulangan Pemutihan Terumbu Karang
Lantas, bagaimana kita menyelamatkan terumbu karang yang sedang "stres"? Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan demi pemulihan kondisi terumbu karang. Upaya ini melibatkan pemerintah, swasta/investor, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), bahkan melibatkan para stakeholders di level internasional.
Seperti apakah upaya yang dapat dilakukan pemerintah dan stakeholders dalam rangka memulihkan kondisi terumbu karang di suatu wilayah pesisir akan diuraikan sebagai berikut.
Membentuk Kawasan Konservasi Laut (KKL)
Dalam artikelnya yang berjudul "Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Akibat Pemutihan (Bleaching) dan Rusak", Dafiuddin Salim mengungkapkan kalau kawasan Konservasi Laut (KKL), umumnya, dibentuk dengan tujuan aktivitas manusia dapat diatur dan untuk tujuan konservasi.
Menurut Dafiuddin, secara ekologis, kawasan konservasi laut memegang peranan yang penting dalam melindungi dan melestarikan ekosistem terumbu karang. Terumbu karang yang memutih atau rusak di kawasan konservasi, kemungkinan untuk pulih dari "stres" lebih cepat dibanding dengan terumbu karang yang berada di luar kawasan konservasi.
Tentu saja, tindakan perlindungan bukan hanya difokuskan bagi karang yang sedang sakit, tapi juga bagi karang yang sehat demi masa depan karang dan spesies makhluk laut yang bergantung pada karang, termasuk populasi manusia.
Melindungi daerah terumbu karang yang tidak rusak dapat menjadi sumber larva dan sebagai alat untuk membantu pemulihan karang. Terumbu karang yang berpotensi sebagai penyedia larva, sering kali, disebut sebagai "terumbu karang sumber" (source reefs).
Indonesia yang 2/3 wilayahnya terdiri dari lautan berperan penting dalam proses pemulihan terumbu karang yang telah rusak di seluruh Samudra Hindia, dengan menyediakan larva untuk kolonisasi. Peluang ini dapat dimanfaatkan negara-negara yang terumbu karangnya rusak akibat perubahan iklim.
Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
Dalam upaya pemulihan terumbu karang, tentu saja dibutuhkan kerja sama internasional. Negara-negara di dunia dapat berpartisipasi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca demi menekan laju perubahan iklim global melalui tiga cara, yaitu: Joint Implementation, International Emission, dan Clean Development Mechanism.
Tanpa upaya-upaya tersebut, terumbu karang di seluruh dunia akan terancam punah akibat meningkatnya pemanasan global yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya