Tahukah kamu kalau saat ini terumbu karang di seluruh dunia sedang mengalami stres massal atau pemutihan karang (coral bleaching) global dan terancam mati akibat perubahan iklim?
Data European Copernicus Climate Change Service (C3S) Uni Eropa mengungkapkan kalau, rata-rata suhu permukaan laut global pada Februari 2024 mencapai 21,06 derajat celcius, lebih tinggi dari suhu sebelumnya pada Agustus 2023 sebesar 20,98 derajat celcius. (Sumber: Harianjogja.com).
Perubahan iklim ini, dikonfirmasi oleh para ilmuwan Pusat Maritim dan Atmosfer Nasional (NOAA) dan International Coral Reef Initiative (ICRI). NOAA mengonfirmasi adanya tekanan massal di seluruh samudera (Atlantik, Pasifik, dan Samudra Hindia) sesudah menerima laporan dari para ilmuwan di seluruh dunia.
NOAA juga menyatakan kalau peristiwa memutihnya terumbu karang saat ini adalah yang paling lama, luas, dan merusak. "Kita benar-benar berada di titik puncak peristiwa pemutihan karang terburuk dalam sejarah planet ini", ujar Derek Manzelo, Koordinator Coral Reef Watch NOAA. (Sumber: Republika.co.id).
Peristiwa pemutihan terumbu karang secara global bukan baru pertama kali terjadi. Peristiwa ini sudah pernah terjadi sebelumnya, yakni pada tahun 1998, 2010, dan 2014-2017. (Sumber: Kompas.com). Jadi, wabah pemutihan terumbu karang global ini sudah terjadi sebanyak empat kali sepanjang pejarah planet kita.
Fenomena memutihnya terumbu karang global dalam tiga dekade terakhir ini memunculkan sejumlah pertanyaan penyelidikan: Apakah penyebab utama dari wabah coral bleaching? Apakah dampak negatif yang ditimbulkan wabah ini bagi manusia dan lingkungan? Bagaimana penanggulangannya? Mengapa terumbu karang perlu dilestarikan?
Artikel ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas secara komprehensif, dengan harapan dapat menjadi acuan atau referensi bagi para peneliti dan aktivis lingkungan dalam mengembangkan terumbu karang di wilayah pesisir suatu negara.
Penyebab Terumbu Karang Memutih
Sebelum kita menggali penyebab karang memutih, kita perlu memahami dulu apa yang dimaksud dengan pemutihan karang. Pemutihan karang (coral bleaching) merupakan proses di mana karang berubah warna menjadi putih karena stres yang disebabkan oleh perubahan suhu di permukaan laut.
Sebagaimana yang kita ketahui, alga zooxanthellae hidup menempel pada jaringan tubuh karang. Alga tersebut berperan penting untuk memberikan pigmen warna dan nutrisi bagi terumbu karang agar tetap hidup.
Apabila karang mengalami stres, maka alga akan meninggalkan karang. Karang yang ditinggalkan alga, kemudian berubah warna menjadi putih. Warna putih ini berasal dari rangka kapur yang terdapat pada terumbu karang. Apabila kondisi ini berlangsung lama, maka dapat menyebabkan kematian karang.
Faktor utama yang menyebabkan terumbuh karang memutih ada dua, antara lain: perubahan iklim dan aktivitas umat manusia. Berikut penjelasannya.
Perumbahan iklim merupakan fenomena global yang menjadi perhatian masyarakat di seluruh dunia. Apa yang dimaksud dengan perubahan iklim? Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Perubahan ini bersifat alami, seperti melalui variasi siklus matahari.
Akan tetapi, mulai tahun 1800-an, kegiatan manusia telah menjadi penyebab utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas. (Sumber: Indonesia.un.org).
Pemutihan karang sebagian besar dipengaruhi oleh keadaan perairan di sekitarnya. Peningkatan suhu akibat pemanasan global menjadi faktor penyebab utama terjadinya coral bleaching secara massal.
Diketahui, peningkatan suhu sebesar 1-1,5 derajat celcius saja sudah memicu terjadinya pemutihan karang. Ini menunjukkan betapa rentannya terumbu karang terhadap perubahan iklim.
Aktivitas Manusia
Selain perubahan iklim, aktivitas manusia juga menjadi penyebab utama terjadinya pemutihan karang. Beberapa aktivitas yang dapat memicu pemutihan karang antara lain: reklamasi, metode penangkapan ikan yang merusak, pembuangan limbah/sampah kedalam laut, dan eksploitasi sumber daya laut yang berlebihan.
Barangkali, dari seluruh aktivitas manusia di muka bumi, aktivitas yang paling berdampak besar bagi kondisi "psikologi" terumbu karang ialah pembakaran fosil yang menyebabkan emisi gas rumah kaca.
Gas Rumah Kaca (GRK) ialah gas-gas yang ada di atmosfer bumi yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas rumah kaca yang berada di atmosfer bumi, paling banyak adalah uap air, karbon dioksida, metana, dan dinitrogen monoksida.
Berdasarkan data Annual Greenhouse Gas Index (AGGI) oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), tercatat gas karbon dioksida sebagai kontributor pertama dan gas metana sebagai kontributor kedua penyumbang terbesar gas rumah kaca. (Sumber: Arcapati.com).
Pemanasan global yang terus meningkat di seluruh dunia sebagai akibat dari emisi gas rumah kaca, menyebabkan suhu pada permukaan laut memanas, sehingga berdampak pada kehidupan terumbu karang dan biota laut itu sendiri.
Dampak Memutihnya Terumbu Karang
Kondisi terumbu karang yang memutih, akan berdampak bagi lingkungan dan manusia di suatu wilayah pesisir. Dampak seperti apa yang bakal ditimbulkan dari karang yang memutih akibat perubahan iklim dijelaskan sebagai berikut.
Dampak Pemutihan Terumbu Karang bagi Lingkungan
Aspek pertama dari lingkungan yang terkena dampak pemutihan terumbu karang ialah terganggunya ekosistem laut. Sebagaimana kita ketahui, terumbu karang merupakan rumah bagi lebih dari 25% spesies laut.
Terumbu karang telah menjadi tempat yang aman bagi organisme seperti ikan, moluska, dan krustasea untuk mencari makan, bertelur, dan melindungi diri dari predator. Apabila terumbu mengalami pemutihan dan mati, maka keanekaragaman hayati laut yang luar biasa itu pun terancam punah.
Aspek kedua dari lingkungan yang terkena dampak pemutihan karang ialah terjadinya penurunan kualitas air laut. Terumbu karang bukan hanya sebagai rumah bagi berbagai macam spesies laut, namun juga berfungsi sebagai penyaring alami yang membersihkan air laut dari bahan kimia.
Salah satu jenis karang yang berfungsi menfilter air adalah karang jahe. Namun, saat terumbu karang ini mengalami pemutihan, maka kemampuannya untuk menyaring polutan (bahan kimia atau material yang dapat merusak lingkungan laut) dan mempertahankan kualitas air laut tetap bersih dan sehat menurun secara signifikan.
Apabila kualitas air laut di sekitar terumbu karang menjadi buruk, maka secara langsung akan mengancam keberlangsungan hidup spesies laut lainnya yang bergantung pada air laut yang bersih dan sehat.
Aspek ketiga dari lingkungan yang terkena dampak pemutihan terumbu ialah hilangnya pelindung pantai dari ombak. Adanya terumbu karang bukan hanya sebagai penghias alam bawah laut, tapi ia bertugas membantu mengurangi kekuatan ombak sebelum tiba di garis pantai.
Terumbu karang yang mengalami pemutihan akan menghambat proses pertumbuhan karang. Kawasan terumbu karang yang tidak berukuran besar, kurang dapat melindungi pantai dari serangan ombak, sehingga kerusakan pada garis pantai tidak dapat terhindari.
Dampak Pemutihan Terumbu Karang bagi Manusia
Selain berdampak bagi lingkungan hidup, pemutihan terumbu karang juga berdampak bagi masyarakat yang hidup di pesisir.
Bagi masyarakat pesisir, terumbu karang memberikan manfaat yang besar, selain mencegah abrasi, terumbu karang juga memberikan manfaat ekonomis seperti perikanan tangkap dan pariwisata.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, terumbu karang menjadi tempat tinggal bagi beragam spesies ikan. Apabila terumbu karang mengalami pemutihan, ikan-ikan akan meninggalkan karang. Akibatnya, masyarakat pesisir tidak bisa lagi mencari ikan yang hidup di karang.
Beberapa jenis ikan yang diketahui menghabiskan waktu di terumbu karang seperti ikan kerapuh, scorpion, kakatua, dan udang lopster. Ikan-ikan jenis ini memiliki nilai jual yang sangat tinggi.
Sumberdaya alam pesisir memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan, selain untuk perikanan tangkap, juga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata. Daya tarik wisata di perairan dangkal yang paling produktif dan banyak dikunjungi wisatawan ialah ekosistem terumbu karang.
Ekosistem terumbu karang memberikan keindahan dan keunikan tersendiri, sehingga aktivitas snorkeling dan diving menjadi hal yang menyenangkan.
Apabila terumbu karang memutih, maka ia akan kehilangan daya tarik, yang kemudian berdampak pada pertumbuhan ekonomi pariwisata itu sendiri di suatu wilayah pesisir.
Penanggulangan Pemutihan Terumbu Karang
Lantas, bagaimana kita menyelamatkan terumbu karang yang sedang "stres"? Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan demi pemulihan kondisi terumbu karang. Upaya ini melibatkan pemerintah, swasta/investor, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), bahkan melibatkan para stakeholders di level internasional.
Seperti apakah upaya yang dapat dilakukan pemerintah dan stakeholders dalam rangka memulihkan kondisi terumbu karang di suatu wilayah pesisir akan diuraikan sebagai berikut.
Membentuk Kawasan Konservasi Laut (KKL)
Dalam artikelnya yang berjudul "Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Akibat Pemutihan (Bleaching) dan Rusak", Dafiuddin Salim mengungkapkan kalau kawasan Konservasi Laut (KKL), umumnya, dibentuk dengan tujuan aktivitas manusia dapat diatur dan untuk tujuan konservasi.
Menurut Dafiuddin, secara ekologis, kawasan konservasi laut memegang peranan yang penting dalam melindungi dan melestarikan ekosistem terumbu karang. Terumbu karang yang memutih atau rusak di kawasan konservasi, kemungkinan untuk pulih dari "stres" lebih cepat dibanding dengan terumbu karang yang berada di luar kawasan konservasi.
Tentu saja, tindakan perlindungan bukan hanya difokuskan bagi karang yang sedang sakit, tapi juga bagi karang yang sehat demi masa depan karang dan spesies makhluk laut yang bergantung pada karang, termasuk populasi manusia.
Melindungi daerah terumbu karang yang tidak rusak dapat menjadi sumber larva dan sebagai alat untuk membantu pemulihan karang. Terumbu karang yang berpotensi sebagai penyedia larva, sering kali, disebut sebagai "terumbu karang sumber" (source reefs).
Indonesia yang 2/3 wilayahnya terdiri dari lautan berperan penting dalam proses pemulihan terumbu karang yang telah rusak di seluruh Samudra Hindia, dengan menyediakan larva untuk kolonisasi. Peluang ini dapat dimanfaatkan negara-negara yang terumbu karangnya rusak akibat perubahan iklim.
Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
Dalam upaya pemulihan terumbu karang, tentu saja dibutuhkan kerja sama internasional. Negara-negara di dunia dapat berpartisipasi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca demi menekan laju perubahan iklim global melalui tiga cara, yaitu: Joint Implementation, International Emission, dan Clean Development Mechanism.
Tanpa upaya-upaya tersebut, terumbu karang di seluruh dunia akan terancam punah akibat meningkatnya pemanasan global yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca.
Dalam rangka menanggulangi persoalan perubahan iklim, pemerintah Indonesia telah menetapkan komitmen Net Zero Emission (NZE) pada 2060. NZE atau nol emisi karbon merupakan sebuah kondisi, di mana jumlah karbon yang dilepaskan ke atmosfer tak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap bumi (Sumber: Brin.go.id).
Mengapa Terumbu Karang Perlu Dilestarikan?
Mengapa terumbu karang perlu dilestarikan? Jawabannya adalah karena terumbu karang bermanfaat bagi manusia dan linkungannya.
Ada beberapa manfaat terumbu karang antara lain: menjadi rumah dan sumber makan bagi biota laut, menstabilkan air agar tetap bersih dan sehat bagi biota laut, dan pelindung garis pantai dari ancaman abrasi, bahkan mengurangi pemanasan global.
Manfaat lain dari terumbu karang ialah sebagai penghasil komoditas perikanan bagi manusia dan keindahannya bisa dimanfaatkan oleh manusia sebagai objek wisata, bahkan berpotensi sebagai bahan obat-obatan.
Karena manfaat yang besar dari terumbu karang ini, maka penting bagi kita untuk melestarikannya dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca demi keberlanjutan ekosistem laut dan kehidupan anak cucu kita di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya