Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Terharu! Seorang Anak Pemulung Tersenyum Malu Saat Dibelikan Buah

16 April 2024   17:24 Diperbarui: 16 April 2024   17:25 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ayah dan anak pemulung. (Sumber gambar: dokpri/Billy)

Toko buah yang kami kunjungi menjadi tempat mereka mengambil kardus bekas dan beristirahat. Kemungkinan, para pengunjung toko, sering memberi mereka sedekah, entah dalam bentuk uang atau buah.

Biasanya, mereka membawa gerobak. Tapi, entah kenapa, malam itu kami tidak melihat gerobak mereka -- hanya satu karung berukuran jumbo yang dibawa mereka. Kami juga tidak melihat ibu anak tersebut.

Melihat pemandangan malam itu, timbulah belas kasihan di dalam hati kami untuk membagikan sedikit sedekah berupa buah kepada mereka.

Tidak banyak memang, tapi cukup untuk mengganjal perut mereka yang kosong sejak tadi siang. Istri saya menghampiri si anak dan memberikan buah yang baru dibelinya.

Saya melihat si anak tersenyum malu saat ia menerima buah dari itri saya, sementara ayahnya mengucapkan terima kasih.

Sebelum kami melanjutkan perjalanan ke rumah, saya menoleh ke anak perempuannya dan berkata: semangat, ya dek! Dia Kembali tersenyum malu.

Kami berdoa dalam hati, semoga Tuhan membukakan pintu rezeki-Nya kepada mereka. Semoga anak tersebut tumbuh menjadi orang yang sukses di kemudian hari, sehingga membanggakan kedua orangtuanya.

Setelah tiba di rumah, kami duduk makan buah sambil mengingat peristiwa tadi. Kami sangat bersyukur dapat berbagi makanan dengan kedua pemulung tadi.

Kisah sederhana yang dialami oleh saya dan istri di atas, mengajarkan kita untuk berempati terhadap orang-orang di sekitar kita, yang membutuhkan uluran tangan kita. Sekecil apapun bentuk sedekah kita, hal itu sangat berarti bagi mereka yang kita tolong.

Di tengah kesibukan dan kamacetan kota metropolitan seperti Jakarta, biarlah kita tetap peka terhadap orang-orang di sekitar kita. Salam kebaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun