Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Terharu! Seorang Anak Pemulung Tersenyum Malu Saat Dibelikan Buah

16 April 2024   17:24 Diperbarui: 16 April 2024   17:25 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ayah dan anak pemulung. (Sumber gambar: dokpri/Billy)

Minggu, 14 April 2024, sesudah selesai ibadat di Jembatan Lima, saya dan istri kembali ke rumah di Meruya Utara, Jakarta Barat. Kami berangkat dari gereja sekitar pukul 19.15 WIB.

Karena masih libur Lebaran, jalanan ke arah Meruya Utara terpantau lancar. Pada hari biasa, di depan mal Taman Anggrek (TA), biasanya macet parah.

Rasanya senang banget kami melewati jalanan yang sepi. Tapi, kami sadar bahwa sebentar lagi Jakarta akan dilanda kemacetan lalulintas.

Dari depan mal TA, kami lurus terus ke arah Kebon Jeruk. Hingga akhirnya, kami tiba di Meruya Utara. Kami tidak langsung ke rumah, tapi kami mampir beli buah dulu di toko buah De King yang berlokasi di Jalan Haji Lebar.

Toko buah ini telah menjadi toko buah langganan kami sejak kami pindah domisili di Meruya Utara. Di sini, pilihan buahnya banyak dan harganya sangat terjangkau. Mungkin, karena itulah, tempat ini ramai pengunjungnya.

Saya menunggu di luar, sedangkan istri saya masuk untuk beli buah salak dan buah pisang. Kami berdua memang senang makan buah pisang dan salak.

Sementara istri saya asyik membeli buah, pandangan saya tertuju kepada dua orang pemulung, seorang ayah dan anak perempuannya -- sedang asyik memungut kardus bekas di emperan toko buah.

Saya menduga, usia sang ayah sekitar 40 tahun lebih, sedangkan usia anaknya sekitar 5 atau 6 tahun.

Tampak si anak sedang memegang mulut karung, sedangkan si ayah memungut kardus bekas untuk dimasukan ke dalam karung -- sebuah pemandangan yang memilukan.

Kedua pemulung ini, yang merupakan orangtua dan anak, sering kami lihat berkeliaran di sepanjang Jalan Haji Lebar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun