Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Narablog

Senang traveling dan senang menulis topik seputar Sustainable Development Goals (SDGs).

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kulit Kayu Jadi Pakaian Hingga Tas Kontemporer, Memangnya Bisa?

26 Maret 2024   09:02 Diperbarui: 26 Maret 2024   09:16 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pakain kulit kayu dari Kalimantan dan Sulawesi. (Sumber gambar: dokpri/Ani Mulyani)

Kalau kulit kayu diolah jadi rempah-rempah atau obat-obatan, saya sering dengar. Tapi, kulit kayu yang diolah jadi pakaian, tas, atau dompet, jujur saya baru dengar.

Saya baru dengar atau baru tahu setelah menonton kanal YouTube Anak Pedalaman. Kanal YouTube Anak Pedalaman ini suka mengeksplorasi alam sekitar seperti hutan, pantai, bahkan desa atau pulau di Kalimantan yang tak berpenghuni.

Yang membuat saya tertarik dengan kanal YouTube Anak Pedalaman ini adalah kecintaannya pada alam dan budaya Indonesia.

Hal ini tampak dari komitmennya memungut sampah plastik di setiap wilayah yang dikunjunginya, sehingga tidak heran, konten-kontennya banyak ditonton oleh masyarakat Indonesia.

Baru-baru ini, saya menonton video terbarunya. Dia memberi judul pada video kali ini adalah "PERJALANAN MENJELAJAHI KAMPUNG YG HILANG DI PEDALAMAN HUTAN KALIMANTAN//DAYAK BASAP".

Menariknya, di video kali ini, dia ditemani oleh seorang tokoh adat Dayak Basap, Kalimantan Timur, yang bernama Pak Minggu. Pak Minggu ini merupakan juru kunci di Batu Mangkuris, Kec. Karangan.

Sebelum mereka mengeksplorasi hutan Batu Mangkuris, sang YouTuber Anak Pedalaman sempat mewawancarai Pak Minggu berkenaan dengan pakaian adat yang dipakainya saat itu.

Dengan sedikit penasaran, sang YouTuber, menanyakan pakaian apa yang dipakai oleh Pak Minggu. Lalu, Pak Minggu menjawab bahwa, pakaian yang dipakainya adalah pakaian adat Dayak Basap. Pakaian itu terbuat dari kulit kayu terap.

Setelah selesai menonton video tersebut, saya kemudian melakukan research kecil-kecilan di internet. Saya mencari informasi seputar jenis pohon terap yang disebut oleh Pak Minggu dalam video tadi.

Pohon Terap dan Manfaatnya bagi Manusia dan Lingkungan

Pohon terap atau tarap (Artocarpus odoratissimus) merupakan salah satu pohon yang tumbuh subur di Indonesia, khususnya di Kalimantan.

Buah pohon ini mirip nangka, tapi ukurannya lebih kecil. Aroma buahnya sangat kuat mirip cempedak.

Pohon terap bisa mencapai tinggi 25 m, batangnya memiliki diameter mencapai 40 cm, keabu-abuan. Ranting pohon ini memiliki bulu-bulu panjang kuning sampai kemerahan.

Sedangkan, daun terap berbentuk jorong sampai bundar telur berbalik, berukuran 11-28 x 16-50 cm, bertepi rata atau menggerigi dangkal, berujung tumpul atau sedikit melancip, dan bertangkai 2-3 cm.

Pohon ini sangat bermanfaat bagi manusia dan lingkungan. Beberapa manfaatnya bagi manusia antara lain buahnya bisa dimakan dalam keadaan segar atau diolah sebagi kue-kue.

Bijinya bisa dimakan setelah dipanggang atau direbus dengan garam. Dan, daunnya berpotensi sebagai senyawa bioaktif anti kanker.

Sedangkan, kulit pohonnya bisa diolah menjadi pakaian, tas, dompet, topi, kipas, dan banyak lagi kerajinan tangan lainnya.

Manfaat terap bagi lingkungan antara lain membantu mengatur efisiensi sinar matahari dan air hujan bagi tanah dan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di bawahnya.

Pohon ini merupakan spesies penting di kawasan mata air, karena akarnya dapat mencegah erosi. Tumbuhan ini juga membantu dalam konservasi lereng, karena akar-akarnya dan berat dari tumbuhan tersebut. Dan, yang terakhir tumbuhan ini berperan sebagai rumah bagi berbagai fauna hutan.

Pengembangbiakannya cukup mudah, yaitu dengan biji yang ditanam di tanah miring ataupun di dekat mata air. Meski demikian, pohon yang satu ini kurang menyebar luas di Indonesia, dan lebih dikenal di Filipina dan Thailand, di mana ia dibudidayakan secara luas di sana.

Pengolahan Kulit Kayu Terap Menjadi Bahan Kain

Proses pengolahan kulit kayu terap menjadi baju menurut Kompasianer Kartika E. H. sangat mudah, meski demikian tetap memerlukan kecermatan dan kehati-hatian.

Pertama-tama, kulit kayu terap diambil dengan cara dikuliti secara presisi atau lurus. Oh ya, penting diketahui bahwa, tidak semua batang pohon terap bisa dijadikan bahan kain, hanya batang pohon yang dengan ukuran diameter 10 cm ke atas saja yang bisa diambil kulitnya.

Setelah kulit kayu dikuliti secara presisi, langkah selanjutnya adalah kulit kayu dipukul-pukul (teknik pounding) menggunakan palu kayu dengan kekuatan yang terukur secara merata, hingga kulit kayu menjadi tipis dan melebar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan.

Setelah dipukul-pukul, teksturnya akan berubah menjadi halus merata menyerupai kain yang siap dijahit. Untuk mendapatkan 1 lembar kain baju diperlukan waktu sekitar 1-2 jam.

Langkah selanjutnya, kain kulit tadi dijemur langsung di bawah sinar matahari. Jika panas mataharinya maksimal, maka hanya diperlukan waktu sekitar 2 jam penjemuran.

Setelah itu, kain dipotong sesuai dengan pola kebutuhan dan peruntukannya. Untuk membuat satu potong baju dari desain sampai jadi tanpa finishing (memberi border, kancing baju, untaian manik-manik kayu dan hiasan lainnya) memerlukan waktu sekitar 3 jam.

Sedangkan, untuk membuat tas dengan gaya kontemporer digunakan teknik pukul dan jahit. Teknik menjahit yang digunakan adalah double lockstitch menggunakan mesin jahit khusus kulit dan jeans.

Pewarna kain kulit kayu selain dihasilkan dari kulit kayu itu sendiri, juga bisa diambil dari bahan-bahan alami seperti direndam di lumpur atau direndam di dengan bunga serta berbagai tumbuhan lain untuk menghasilkan warna lain.

Peralatan yang digunakan relatif sederhana, seperti palu yang terbuat dari kayu, mendau dan belayung (sejenis kapak tradisional). Namun, apabila ingin hasilnya lebih optimal dan terlihat lebih kontemporer, peralatan yang digunakan mesti terdiri dari mesin jahit dan pemukul logam.

Sebenarnya, selain pohon terap yang di kenal di Kalimantan, ada pula beberapa jenis pohon lain yang kulitnya bisa dijadikan bahan baku kain. Masyarakat Sulawesi Tengah, misalnya, mengenal beberapa jenis pohon, seperti beringin putih (Nunu Towula), beringin biasa (Nunu Lero), Nunu Ivo, dll.

Nah, itu tadi, sedikit informasi mengenai jenis pohon yang kulitnya bisa dijadikan bahan baku kain. Bagaimana, kalian tertarik untuk membuat pakaian atau tas bergaya kontemporer dari kulit kayu terap ini? Yuk, kita main ke Kalimantan atau Sulawesi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun