Kegiatan menulis saat ini bisa dibilang merupakan sebuah kegiatan yang mudah untuk dilakukan. Mengapa mudah dilakukan? Karena perlengkapan untuk menulis sudah tersedia seperti ponsel, laptop, dan internet.
Media untuk menulis pun sudah tersedia seperti Blogspot, Wordpress, Medium, Kompasiana, dan beragam blog lainnya. Bahkan, kita bisa menulis di media sosial kita seperti Facebook, Instagram dan WhatsApp.
Kita juga bisa menentukan lokasi menulis yang cocok seperti di kamar belajar, Kafe, perpustakaan, persawahan, hingga pantai. Intinya, menulis itu bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, tergantung mood kita.
Berkenaan dengan lokasi menulis, saya memiliki sebuah pengalaman unik menulis di atas KM Satria Express -- kapal tradisional yang melayani rute Pelabuhan Muara Angke menuju Pelabuhan Pulau Pari.
Kala itu, pertengahan Desember 2023, saya sedang dalam perjalanan berlibur dengan istri ke Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Kami berencana berlibur selama 4 hari di Pulau Pari.
Kami naik KM Satria Express dari Pelabuhan Muara Angke pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB. Kapal ini memiliki dua dek/lantai. Di lantai satu terdapat kursi bagi para penumpang, sedangkan di lantai dua tidak tersedia kursi dan hanya bisa lesehan.
Kami memilih lesahan di lantai dua tepatnya di bagian tengah. Tentu saja, ada beberapa pertimbangan mengapa kami memilih lesehan di lantai dua.
Pertama, di lantai dua kami bisa melihat lebih leluasa pemandangan laut dan merasakan angin laut yang segar. Yang kedua, saya bisa menulis lebih leluasa sambil menikmati pemandangan laut.
Sekitar pukul 07.45, kapal berangkat menuju Pulau Pari. Durasi waktu menuju Pulau Pari adalah dua jam. Ini seperti saat saya naik kapal dari Pelabuhan Tulehu, Ambon menuju Pelabuhan Haria, Pulau Saparua, Maluku Tengah.
Pada satu jam awal perjalanan, saya dan istri hanya duduk menikmati pemandangan laut, kapal-kapal nelayan yang sedang menangkap ikan, dan pulau-pulau kecil.
Baru di pertengahan perjalanan, saya membuka notebook saya untuk menulis cerita perjalanan pada pagi itu. Judul yang saya berikan adalah "Alternatif Liburan Sekolah, Petualangan Seru ke Pulau Pari" (sudah tayang di Kompasiana dan sejauh ini sudah dibaca oleh sekitar 2218 orang, silakan diintip).
Saya duduk selunjuran dengan posisi notebook di atas paha. Menulis dalam posisi ini, sangat tidak disarankan ya, guys karena bisa menyebabkan kulit kita mengalami iritasi. Kalau hanya sebentar sih nggak papa.
Saya lupa persis, berapa menit yang saya habiskan saat menulis di atas kapal. Tapi, rasanya, hanya sekitar 15 atau 20 menit, karena batrei notebook saya lowbat.
Meski hanya sebentar, tapi saya merasakan sensasi yang luar biasa. Sambil menulis cerita pagi itu, mata saya tidak luput dari melihat pemandangan laut yang indah dan telinga saya tidak luput dari bunyi deburan ombak yang dihasilkan dari haluan kapal.
Pagi itu, sekitar pukul 8 lewat, cuaca laut sudah mulai tidak bersahabat. Arus dan gelombang laut sudah mulai terasa, karena hari sudah mulai siang. Kondisi inilah yang membuat para penumpang tidur, termasuk istri saya, karena merasa agak pusing.
Bagi mantan pelaut seperti saya, arus dan gelombang laut sudah menjadi makanan sehari-hari. Sehingga, menulis di tengah-tengah kondisi cuaca semacam ini, bisa saya lakukan dengan sangat baik.
Sebagai bukti bahwa, tulisan saya pagi itu sangat baik, adalah tulisan itu diangkat jadi Artikel Utama oleh editor Kompasiana.
Pertanyaan yang mungkin muncul adalah bagaimana tipsnya agar bisa tetap produktif menulis di atas kapal laut? Yuk simak tips dari saya berikut ini.
Pertama, minum obat anti mual. Bagi kalian yang baru pertama kali naik kapal laut, bisa jadi akan ngalamin pusing, bahkan muntah akibat gelombang.
Karena itu, disarankan untuk meminum obat anti mual terlebih dahulu sebelum naik ke kapal. Bagi yang sudah terbiasa berlayar, ya tidak perlu minum obat anti mual, cukup makan kenyang saja.
Kedua, carilah tempat duduk yang nyaman. Tips yang kedua adalah mencari lokasi duduk yang nyaman. Lokasi duduk yang nyaman ternyata sangat menentukan fokus kita.
Jadi, carilah tempat duduk yang agak terbuka, sehingga bisa sambil menikmati pemandangan laut. Juga, bisa sambil mendengar bunyi deru ombak. Kondisi ini bisa membantu kita fokus.
Ketiga, sebelum berlayar pastikan sudah makan. Sebelum kami berlayar pagi itu, kami berdua sudah menyantap bubur ayam.
Menurut pengalaman saya, ketika perut kita kenyang, maka risiko mual akibat gelombang sangat kecil, ketimbang belum makan sama sekali. Jadi, pastikan sudah makan kenyang.
Dengan melakukan ketiga langkah di atas, niscaya pelayaran kita berjalan baik dan kita bisa tetap produktif menulis atau membaca di atas kapal. Semoga artikel ini bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI