Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Senang traveling dan tertarik dengan isu-isu Sustainable Development Goals (SDGs).

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ecoprint, Inovasi Baru Membuat Motif Kain Ramah Lingkungan

15 Maret 2024   15:37 Diperbarui: 18 Maret 2024   12:24 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kain dengan teknik cetak ecoprint. (Sumber: SHUTTERSTOCK/Uut_Eco.J via kompas.com)

Ada sebuah cerita yang terlewat saat saya dan Kopaja71 berkunjung ke M-Bloc Space minggu lalu.

Bagi kalian yang penasaran dengan aktivitas apa yang kami lakukan saat mengunjungi M-Bloc Space bisa membaca artikel saya berjudul "Kopaja71 Berkunjung ke M-Bloc Space, Ngpain Aja?".

Dalam kunjungan kami ke M-Bloc Space, ada sebuah momen menarik yang kami alami. Apa itu? Momen membuat motif totebag menggunakan bahan alamiah seperti daun dan bunga.

Pembuatannya pun terbilang sangat mudah dan tidak perlu menggunakan mesin.

Membuat motif kain menggunakan bahan-bahan alami dikenal dengan teknik ecoprint. Sesuai dengan namanya, "ecoprint" atau "eco printing" berasal dari Bahasa Inggris, yaitu "eco" (ekosistem), yang artinya alam dan "print", artinya mencetak.

Dengan demikian, ecoprint dapat dipahami sebagai sebuah teknik mencetak menggunakan pewarna alami pada kain dan tidak melibatkan cairan kimia.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi jenis daun yang tepat digunakan sebagai pewarna kain dan teknik-teknik yang digunakan dalam membuat motif kain.

Jenis-jenis Daun

Pemilihan daun yang tepat memainkan peran penting dalam menghasilkan motif kain yang menarik. Karena itu, penting untuk mengetahui jenis daun yang tepat.

Pertama, daun ketapang. Pohon ketapang, biasanya, hidup di kawasan pesisir. Selain buahnya yang bisa dimakan, daunnya juga bisa digunakan sebagai pewarna alami.

Daun ketapang, pada dasarnya, memiliki pigmen berwarna kecokelatan. Tapi, bila dicampur dengan larutan tertentu, maka daun ketapang bisa menghasilkan warna hitam.

Kedua, daun jati. Pohon jati dikenal sebagai salah satu tanaman keras yang kayunya bisa digunakan sebagai bahan dasar bangunan. Di kota asal istri saya, Jepara, kayu jati digunakan sebagai bahan ukiran.

Selain kayu, daun jati ternyata bisa digunakan menjadi pewarna alami kain batik. Daun jati yang masih muda, biasanya, memiliki warna hijau kecokelatan. Apabila warna daun jati disatukan dengan kain, maka akan menhasilkan warna merah kecokelatan.

Ketiga, daun pepaya. Bukan hanya baik bagi Kesehatan, daun papaya ternyata bisa dijadikan sebagai bahan pewarna alami pada kain batik.

Pembuatan ekoprint menggunakan teknik pounding. (Sumber gambar: dokpri/Kopaja71)
Pembuatan ekoprint menggunakan teknik pounding. (Sumber gambar: dokpri/Kopaja71)

Daun pepaya yang bercita rasa pahit itu mempunyai kemampuan menghasilkan warna hijau yang berasal dari klorofil. Bahkan, penelitian menunjukkan pigmen daun papaya mempunyai kemampuan penyerapan yang baik pada cahaya.

Selain daun-daun di atas, terdapat juga bahan alami lainnya  yang bisa digunakan untuk mempercantik motif kain ecoprint, di antaranya buah alpukat, kunyit, kulit manggis, dan lain-lain.

Teknik-teknik Ecoprint

Dalam membuat motif kain menggunakan bahan alami, terdapat 3 teknik yang biasanya digunakan, yaitu teknik pounding (pukul), steaming (kukus), dan fermentasi. Ketiga teknik ini dijelaskan berikut.

Pertama, teknik pounding. Barangkali di antara teknik lain, teknik pounding merupakan teknik paling sederhana dalam pembuatan ecoprint.

Hal ini karena dalam pembuatannya, kita hanya perlu memukul-mukul palu ke atas daun yang sudah di tata pada kain. Meski begitu, tetap saja memerlukan ketelitian, agar menghasilkan motif yang menarik.

Kedua, teknik steaming. Teknik ini merupakan teknik ecoprint dengan cara dikukus. Teknik ini bisa dikatakan sebagai teknik yang paling rumit di antara teknik lainnya.

Hal ini karena teknik steaming memerlukan langkah-langkah yang banyak dan ribet, sehingga membutuhkan waktu yang lama.

Ketiga, teknik fermentasi. Teknik yang terakhir adalah teknik ecoprint yang dilakukan dengan cara merendam daun ke dalam air cuka, yang kemudian dipukul-pukul seperti teknik pounding.

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan ecoprint antara lain, kain, plastik, palu dari kayu, tali, ember, kukusan (streamer), kompor, dan lain-lain. Peralatan dan bahan-bahan ecoprint juga sangat mudah didapatkan.

Nah, itu tadi penjelasan tentang pembuatan ecoprint -- sebuah inovasi terbaru yang ramah lingkungan. Bagaimana, kalian tertarik untuk mencobanya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun