Selain kayu, daun jati ternyata bisa digunakan menjadi pewarna alami kain batik. Daun jati yang masih muda, biasanya, memiliki warna hijau kecokelatan. Apabila warna daun jati disatukan dengan kain, maka akan menhasilkan warna merah kecokelatan.
Ketiga, daun pepaya. Bukan hanya baik bagi Kesehatan, daun papaya ternyata bisa dijadikan sebagai bahan pewarna alami pada kain batik.
Daun pepaya yang bercita rasa pahit itu mempunyai kemampuan menghasilkan warna hijau yang berasal dari klorofil. Bahkan, penelitian menunjukkan pigmen daun papaya mempunyai kemampuan penyerapan yang baik pada cahaya.
Selain daun-daun di atas, terdapat juga bahan alami lainnya  yang bisa digunakan untuk mempercantik motif kain ecoprint, di antaranya buah alpukat, kunyit, kulit manggis, dan lain-lain.
Teknik-teknik Ecoprint
Dalam membuat motif kain menggunakan bahan alami, terdapat 3 teknik yang biasanya digunakan, yaitu teknik pounding (pukul), steaming (kukus), dan fermentasi. Ketiga teknik ini dijelaskan berikut.
Pertama, teknik pounding. Barangkali di antara teknik lain, teknik pounding merupakan teknik paling sederhana dalam pembuatan ecoprint.
Hal ini karena dalam pembuatannya, kita hanya perlu memukul-mukul palu ke atas daun yang sudah di tata pada kain. Meski begitu, tetap saja memerlukan ketelitian, agar menghasilkan motif yang menarik.
Kedua, teknik steaming. Teknik ini merupakan teknik ecoprint dengan cara dikukus. Teknik ini bisa dikatakan sebagai teknik yang paling rumit di antara teknik lainnya.
Hal ini karena teknik steaming memerlukan langkah-langkah yang banyak dan ribet, sehingga membutuhkan waktu yang lama.
Ketiga, teknik fermentasi. Teknik yang terakhir adalah teknik ecoprint yang dilakukan dengan cara merendam daun ke dalam air cuka, yang kemudian dipukul-pukul seperti teknik pounding.