Saya meminta mereka menyiapkan bahan presentasi dalam bentuk power point/ppt. Mulanya, ada yang mengeluh tidak bisa menggunakan power point, tetapi saya mendorong mereka untuk mencobanya. Walhasil, bahan presentasi dalam bentuk ppt pun jadi.
Sepanjang perkuliahan, hingga presentasi kelompok oleh mahasiswa, beberapa orang dari Sumba mengalami ganguan jaringan internet. Penyebabnya beragam, seperti lampu padam dan pohon tumbang.
"Syalom ibu ketua, saya tidak bisa ikut lagi karena pohon tumbang jadi kabel Wi-fi putus. Terima kasih Tuhan memberkati", tulis Nikanor Erens Siki di WAG pada Jumat 8/3.
Meskipun demikian, antusiasme mahasiswa dari Sumba sangat tinggi. Mereka tetap mencari jaringan internet kuat di tengah malam, dan ketika tersambung jaringan, mereka langsung cepat-cepat bergabung, meskipun harus menon-aktifkan kamera.
Yang bikin saya kagum adalah ketika mereka mengerjakan UAS dan mengirimkannya ke email/WA pada Selasa 12/3. Lagi-lagi, mereka terhalang oleh jaringan. Salah satu mahasiswi dari Sumba mengirim pesan ke saya via WA lengkap dengan foto laptopnya:
"Shalom pak bisa kirim ujian ulang ya, di grup saya kendala jaringan. Saya udah berusaha dari jam 7 pagi, tapi tidak bisa terbuka di laptop saya ini", tulis Novita Missa.
Meskipun kendala jaringan, mereka tetap mencari cara supaya hasil UASnya terkirim dengan selamat. Walhasil, pada hari ini, Rabu 13/3, hasil ujian mereka terkumpul semua.
Dari mereka saya belajar bahwa, keterbatasan teknologi dan fasilitas internet di daerah, tidak boleh memadamkan semangat untuk menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi.
Kalau mahasiswa di daerah dengan kendala internet saja bisa punya semangat untuk kuliah, kita yang tinggal di perkotaan dengan fasilitas yang mendukung, mestinya lebih bersemangat lagi.
Tentu saja, kita semua berharap supaya pemerintah dapat segera memperbaiki/meningkatkan fasilitas internet di Sumba dan daerah-daerah lain di timur, sehingga para nara didik di sana bisa mengikuti proses perkuliahan secara daring dengan baik.
Terima kasih kepada seluruh mahasiswa STT Ekklesia Jakarta yang telah menjadi teman diskusi dalam mata kuliah Sejarah Gereja Umum selama 5 hari. Sampai jumpa lagi di lain kesempatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H