Untuk itu, malam ini, sekitar pukul 20.02 WIB, saya menelpon Kakak Vina Berhitu yang adalah saudari kandung Steven.
Kakak Vina menceritakan bahwa, sebelum peristiwa pilu itu terjadi, pada Senin (4/3) malam, kakak laki-laki Lenny (korban) menggoreng ikan buntal dan beberapa jenis ikan lain yang didapatnya dari laut (hasil pancingan).
Malam itu, mereka semua duduk menyantap ikan hasil pancingan Kakak Lenny, kecuali ikan buntal yang hanya disantap oleh Kakak Lenny.
Menurut Kakak Vina, sisa ikan buntal yang tidak habis disantap itu, disimpan oleh Kakak Lenny di lemari. Hal itu, sempat diketahui oleh adiknya, Lenny.
Keesokan paginya, Selasa 5/3, setelah Steven mengantarkan anak laki-laki mereka yang tua ke sekolah, Steven dan istri bersama ketiga anaknya, yaitu Frans, Keisya, dan si bungsu Chrismen naik motor ke pasar Saparua untuk membeli ikan.
Setelah dari pasar, mereka mampir sebentar ke rumah neneknya di Saparua, kebetulan dekat dengan pasar Saparua. Menurut Kakak Vina, mereka bahkan sempat mampir di rumah Kakak Vina di Saru.
Dari rumah Kakak Vina, mereka lalu kembali pulang ke Haria. Sekitar pukul 08.30 WIT, mereka sudah tiba di Haria.
Steven langsung membersihkan ikan yang baru dibelinya di pasar dan menggorengnya. Sementara itu, Lenny istrinya ingin buru-buru pergi mencuci pakaian di sungai, karena pakaian kotornya cukup banyak.
Suaminya, Steven, sempat meminta istrinya menunggu beberapa saat, hingga ikannya matang. Akan tetapi, ketika suaminya sedang sibuk di dapur, rupanya istrinya ingat dengan sisa ikan buntal yang disimpan Kakaknya di lemari tadi malam.
Walhasil, Lenny dan kedua anaknya, yaitu Keisya dan Chrismen menyantap telurnya dengan papeda dingin, tanpa diketahui Steven.
Saat itu, anak mereka yang nomor 2, yaitu Frans sedang di dapur bersama ayahnya, jadi dia tidak ikut makan. Hanya saja, dia sempat melihat ibu dan kedua saudaranya makan telur ikan buntal.