Belum lama ini, media sosial X (dulunya Twitter), dihebohkan dengan video bullying yang dilakukan oleh beberapa siswa SMA Binus School Serpong - salah satu sekolah elit yang berada di kawasan BSD, Tangerang.
Kasus tersebut, semakin menuai sorotan, karena melibatkan anak sulung seorang artis berinisial VR.
Sebenarnya, kasus bullying, tidak hanya dialami oleh orangtua yang berlatar belakang artis, tetapi dialami juga oleh orangtua dari berbagai latar belakang sosial.
Ketika anak menjadi pelaku bullying di sekolah, maka orangtua mesti sadar dan segera mengevaluasi pola pengasuhan kepada anak.
Bagaimana pola pengasuhannya selama ini, apakah positif atau negatif? Kalau pola pengasuhannya tepat, maka sikap bullying tidak akan terjadi. Sebaliknya, kalau pola pengasuhannya tidak tepat, maka anak cenderung melakukan bullying.
Artikel ini hendak membahas beberapa prinsip pengasuhan positif yang dapat diterapkan oleh orangtua dalam memberikan pengasuhan kepada anak sejak dini, sebagai berikut.
1. Pahami Setiap Anak Unik
Orangtua mesti mengerti bahwa setiap anak yang Tuhan anugerahkan itu unik. Mereka memiliki keunggulan yang berbeda, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun perilaku.
Kepercayaan orangtua menjadi modal utama untuk anak tumbuh percaya diri, kreatif, dan bertanggung jawab. Modal inilah yang menjadi dasar bagi tercapainya cita-citanya di masa depan.
Karena itu, tugas orangtua adalah percaya bahwa, pada dasarnya, anak mampu, bahkan sebelum anak membuktikan kepada dirinya bahwa dia mampu.
2. Beri Dukungan kepada Anak
Jika anak anda mengalami kegagalan, misalnya ketika anak belajar berjalan atau naik sepeda dan beberapa kali terjatuh, orangtua mesti memberikan motivasi. Dorong anak untuk mencoba lagi dan tidak perlu takut jatuh.
Dukungan penuh dari orangtua yang terus-menerus ini sangat berpengaruh pada mental anak. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.
Jadi orangtua, belajarlah memberikan dukungan pada anak anda sejak dini, sehingga kelak dia tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.
3. Terima Anak Apa Adanya
Ketika anak anda melakukan sebuah pelanggaran di rumah, jangan memarahi atau membentaknya, sebaliknya bersikaplah wajar sambil menjelaskan apa kesalahannya.
Jika kita memarahi atau membentaknya karena ia melakukan pelanggaran, hal ini justru menimbulkan sejumlah dampak negatif bagi anak di masa depan.
Beberapa efek yang timbul dari memarahi atau membentak anak, yaitu anak menjadi agresif, anak merasa tidak aman dan takut pada orangtua, anak menjadi tertutup, dan lebih parah lagi ia menjadi pemberontak.
Sikap bullying di sekolah yang kerapkali terjadi merupakan efek dari memarahi atau membentak anak, ketika ia berusia 0-5 tahun.
Jadi, orangtua mesti belajar menerima anak apa adanya, baik ketika dia berbuat benar maupun salah. Puji anak ketika dia berhasil melakukan sesuatu dan berikan motivasi ketika dia melakukan kesalahan.
4. Menciptakan Lingkungan yang Aman
Semua anak membutuhkan lingkungan yang aman dan nyaman bagi proses tumbuh kembangnya. Karena itu, orangtua perlu memastikan bahwa lingkungan rumah bebas dari benda-benda berbahaya.
Selain itu, orangtua perlu menghindari konflik (kekerasan verbal ataupun fisik) di hadapan anak. Hal ini perlu diperhatikan, karena nature anak adalah peniru ulang.
Anak akan meniru apa yang orangtuanya lakukan di rumah. Jika orangtuanya suka melakukan kekerasan, maka anak akan tumbuh menjadi seorang yang suka melakukan kekerasan.
Sikap bullying di sekolah adalah efek dari apa yang dialami anak ketika ia di rumah. Jadi, penting bagi para orangtua untuk menjaga agar rumah selalu nyaman bagi tumbuh kembang anak.
Nah, itu tadi, beberapa pedoman dalam mengasuh anak di rumah. Melalui beberapa pedoman tersebut, diharapkan para orangtua masa kini dapat mendidik anaknyas secara tepat, sehingga tidak terjadi lagi kasus bullying di sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H