Di sini, juga ada tumpukan-tumpukan pasir yang terlihat seperti gunung. Kemungkinan besar, itu adalah pasir laut. Menurut seorang pekerja pelabuhan, pasir-pasir itu siap dikirim kapan saja, kalau ada yang memesannya.
Di dalam pelabuhan, ada juga Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Sunda Kelapa. Lokasi gedungnya, ada di sebelah kiri pintu keluar pelabuhan. Sayangnya, saya nggak sempat mampir, karena hari sudah mulai siang.
Oh ya, ada satu hal yang sangat saya sayangkan, ketika mengunjungi pelabuhan Sunda Kelapa tadi pagi, yaitu akses jalan menuju pelabuhan tampak berbecek, bahkan ada beberapa titik yang terendam air hujan. Sehingga, jalan ke pelabuhan tampak seperti jalan di hutan yang berbecek, ketika musim hujan.
Keadaan ini, sekaligus menjadi catatan bagi kalian yang hendak berkunjung, jangan pergi ke pelabuhan Sunda Kelapa, ketika musim hujan, karena sepatu atau sandal kalian bakal kotor.
Sejarah Singkat Pelabuhan Sunda Kelapa
Ngomong-ngomong, pelabuhan Sunda Kelapa yang saya kunjungi ini, ternyata menyimpan sejarah lho. Sudah tahu belum nih? Kalau belum, yuk mari simak sejarah singkatpelabuhan Sunda Kelapa berikut.
Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta, merupakan salah satu pelabuhan terpenting di Indonesia. Pelabuhan ini, dibangun pertama kali pada masa pemerintahan Portugis, yaitu tahun 1527.
Pada tanggal 22 Juni 1527, gabungan pasukan Kesultanan Demak dan Cirebon yang dipimpin oleh Pangeran Jayakarta berhasil mengusir Portugis dan mengubah namanya menjadi Jayakarta. Tetapi, melalui Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta tanggal 6 Maret 1974, namanya ditetapkan kembali menjadi pelabuhan Sunda Kelapa hingga sekarang.
Menurut laporan Pelindo.co.id, pelabuhan Sunda Kelapa, mulai dikenal, yaitu pada abad ke-12 sebagai pelabuhan yang disinggahi kapal-kapal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah yang membawa porselen, kopi, kain sutra, untuk kemudian ditukar dengan rempah-rempah dan hasil perkebunan lainnya.
Belanda yang datang belakangan, kemudian menguasai pelabuhan ini, sebelum kemudian menamakan Jakarta dengan Batavia. Kota ini kemudian dijadikan sebagai pusat pemerintahan Belanda.
Di bawah kekuasaan Belanda, pelabuhan Sudah Kelapa, kemudian dipugar besar-besaran. Kota benteng Batavia pun didirikan tidak jauh dari lokasi pelabuhan ini. Sehingga, tidak heran pelabuhan ini berperan penting dalam aktivitas perdagangan internasional pada masa pemerintahan Belanda.