Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nominee Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Seandainya Semua Desa di Maluku Terhubung Internet Cepat

15 Februari 2024   17:00 Diperbarui: 15 Februari 2024   17:03 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi akses internet cepat. (sumber gambar: unsplash.com/Solen Feyissa)

Saya ingin memulai refleksi saya ini dengan sebuah cerita. Beberapa waktu lalu, seorang teman kuliah yang bertugas di Pulau Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara menghubungi saya via WA. Dia meminta saya untuk mengajarinya menulis di Kompasiana. Tentu, saya bersedia.

Melalui video call WA, saya menuntunnya membuat akun Kompasiana. Namun, sekitar 1 jam teman saya itu tidak bisa daftar, karena jaringan internet di tempatnya down. Dia mengaku bahwa, jaringan internet di tempatnya sangat jelek. Jadi, sampai hari ini dia tidak jadi daftar akun Kompasiana.

Cerita di atas, menunjukkan bahwa, ada daerah-daerah di Indonesia yang belum terjamah oleh jaringan internet. Daerah-daerah ini, biasa kita kenal sebagai daerah 3T.

Daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) adalah wajah depan Indonesia yang mesti dibenahi oleh pemerintah sebagai perwujudan bahwa, pemerintah hadir bagi segenap warganya.

Daerah 3T adalah daerah yang ditetapkan berdasarkan 6 indikator ketertinggalan, yaitu perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kemampuan keuangan daerah, aksebilitas, dan karakteristik daerah.

Provinsi Maluku, termasuk dalam salah satu daerah 3T. Dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024 yang diteken pada 27 April 2020, tercatat 62 daerah yang ditetapkan sebagai daerah tertinggal. 6 daerah di antaranya berada di Provinsi Maluku.

Keenam daerah tersebut, yaitu Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Maluku Barat Daya, dan Kabupaten Buru Selatan. Wah, Maluku Tengah tidak termasuk, ya! Padahal, menurut pengamatan saya, masih banyak warga miskin di Malteng.

Dikutip dari laman Siwalimanews.com, Sekda Maluku, Kasrul Selang mengungkapkan bahwa, untuk membawa Maluku keluar dari daerah ketertinggalan, maka semua potensi sumber daya alam yang ada mesti dikembangkan.

Hemat saya, potensi sumber daya alam tidak bisa dikembangkan, kalau infrastruktur daerahnya tidak dibangun terlebih dahulu. Memang, sejauh ini, di Maluku telah dibangun berbagai insfrastruktur seperti trasportasi laut dan transportasi udara di beberapa titik potensial. Termasuk juga insfrastruktur layanan internet. Akan tetapi, pembangunan tersebut belum berjalan maksimal.

Tesis saya dalam artikel ini adalah bila layanan internet cepat diprioritaskan pada semua desa/pelosok, maka ia bisa membawa Maluku keluar dari keterbelakangan hari ini. Berikut beberapa pemikiran yang mendukung tesis saya tersebut.

Tak dapat dipungkiri bahwa, saat ini, kita telah memasuki era industri 4.0. Istilah ini, digunakan pemerintah Jerman untuk memajukan bidang industri ke tingkat selanjutnya, yakni dengan bantuan teknologi. Pelaku industri membiarkan komputer saling terhubung dan berkomunikasi untuk akhirnya membuatkan Keputusan tanpa keterlibatan manusia.

Di Indonesia perkembangan industri 4.0 didorong oleh Kementerian Perindustrian. Kemenpri sudah mulai memberikan dorongan untuk mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan oleh pelaku indsutri. Mereka juga telah memberikan intensif bagi pelaku usaha industri dan melakukan kolaborasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Dikutip dari laman Kominfo.go.id, jaringan 5G menjadi prioritas untuk kebutuhan industri. Sejauh ini, sudah ada beberapa operator yang mencoba jaringan 5G di Indonesia, yaitu Telkomsel yang melakukan uji coba saat pergelaran Asian Games 2018, XL yang melakukan uji coba di kawasan Kota Tua, dan Indosat.

Kapan jaringan 5G di Indonesia beroperasi secara komersial? Ia mulai beroperasi pada 24 April 2021. Jaringan 5G yang beroperasi berbasis teknologi IM-2020 pada pita frekuensi 2.300 MHz atau 2,3 GHz. Transformasi jaringan baru ini, tentu saja akan mendorong kemajuan di berbagai sektor seperti ekonomi, sosial, dan budaya di Tanah Air.

Bayangkan, apabila jaringan 5G ini, bisa diimplementasikan di daerah-daerah tertinggal di Provinsi Maluku, maka akan terjadi transformasi besar-besaran dalam berbagai sektor, pertanian dan peternakan, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata.

Dengan kehadiran internet cepat, maka para petani dan peternak dapat belajar teknik pertanian dan berternak modern melalui konten video online. Demikian juga, para siswa dan guru dapat mengakses materi pelajaran secara online.

Dengan kehadiran internet cepat, pelaku UMKM lokal dapat menjangkau pasar lebih luas dengan menjual produk-produk mereka di berbagai toko online. Masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi kesehatan secara online atau berkonsultasi dengan dokter secara online.

Dengan kehadiran internet berkecepatan tinggi dapat memungkinkan sektor wisata mempromosikan lokasi-lokasi wisata melalui media sosial atau website, sehingga dapat menarik perhatian wisatawan. Apalagi, Maluku terkenal dengan wisata bahari dan situs bersejarah yang menarik.

Untuk mewujudkan itu semua, maka pemerintah harus berusaha membangun infrastruktur jaringan internet. Menurut laporan Terasmaluku.com, sejak tahun 2022, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo), Kabupaten Maluku Tengah telah membangun 22 menara Base Transceiver Station (BTS) 4G di 6 Kecamatan.

Sedangkan, pada tahun 2023, Diskominfo Malteng telah berkoordinasi dengan para Camat dan Kepala Desa berkenaan dengan layanan internet. Dari koordinasi tersebut, ditemukan 10 Kecamatan yang belum terjamah oleh layanan internet, salah satunya adalah Kecamatan Saparua.

Setahu saya, di desa Saparua sendiri baru dibangun 1 tower jaringan internet Telkomsel. Saya berharap pemerintah daerah dapat membangun lagi tower internet di desa-desa lain seperti Indosat atau XL. Sehingga, warga Kecamatan Saparua tidak sering mengalami gangguan jaringan, karena hanya menggunakan tower dari Telkomsel.

Tidak mengapa jika hanya bisa menggunakan jaringan 4G di semua desa di Maluku, asal proyek pembangunan tower internet terus berjalan. Sehingga, masyarakat dapat segera menikmati jaringan internet cepat. Hal ini, tentu, perlu kerjasama yang baik antar berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun