Minggu, 4 Februari 2024, pukul 16.00 WIB, Sivitas Akademika Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta, melaksanakan Seruan Proklamasi 27 untuk Pemilu Beretika dan Berintegritas. Seruan ini dilakukan di Aula lt. 1 Kampus STFT Jakarta, Jl. Proklamasi No. 27, Jakarta Pusat.
Nampaknya, di kalangan sekolah tinggi theologi, baru STFT Jakarta yang bergerak dalam menyikapi kondisi politik jelang Pemilu 2024, khususnya, terkait praktik berdemokrasi dan etika penguasa yang dianggap mengalami degradasi.
Sebenarnya, saya ingin mengikuti dengan datang langsung ke kampus STFT Jakarta, tetapi rupanya dibatasin - hanya bisa mengikuti secara daring. Setelah pulang ibadaha, saya duduk menyimak kegiatan tadi sore melalui kanal YouTube STFT Jakarta.
Saya menyimak dengan baik seruan keprihatinan yang disampaikan oleh wakil senat dosen STFT Jakarta.
Seruan pertama, disampaikan oleh Prof. Aritonang, menyatakan bahwa STFT Jakarta sejak berdirinya tidak pernah absen dalam barisan perjuangan untuk meraih/mengisi kemerdekaan, juga sekaligus menyampaikan suara kenabian ke seluruh Tanah Air, bahkan dunia. Salah satu tokoh STFT Jakarta yang gigih berjuang kala itu, yaitu Amir Syarifuddin. Beliau adalah dosen bahasa Yunani.
Seruan kedua, disampaikan oleh Dr. Septemmy Lakawa, menyatakan bahwa Pemilu 2024 mestinya menjadi momentum bagi rakyat untuk mengatakan tidak pada setiap upaya pembenaran atas praktik nepotisme dan korupsi. Beliau menekankan pentingnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Seruan ketiga, disampaikan oleh Dr. Yongky Karman, beliau menekankan perlunya upaya dalam memperjuangkan amanat reformasi. Menurut beliau kondisi Indonesia saat ini sedang darurat korupsi - itu menjadi batu sandungan menuju Indonesia emas 2045, karena itu perlu diperbaiki.
Seruan keempat, disampaikan oleh Prof. Joas Adiprasetya - salah satu teolog favorit saya. Beliau mengatakan muak dengan sampah poster dan baliho dari mereka yang mau menjajakan diri belakangan, namun yang tenggelam seusai Pemilu. Kemuakan itu, belum apa-apa dibandingkan dengan orang-orang yang bermain-main dengan konstitusi kita. Karena itu, kebenaran, keadilan dan perdamaian perlu diteriakan, meskipun akan seperti  nabi di padang gurun.
Suara keprihatinan juga disampaikan oleh wakil alumni dan alumne, yaitu Dr. Henriette Lebang, mengatakan bahwa cara-cara pelaksanaan Pemilu cenderung kehilangan aspek tanggung jawab moral dan etis. Karena itu, demi keutuhan bangsa kita, mari memilih pemimpin-pemimpin yang takut akan Allah dan yang benci pada suap.
Suara keprihatinan juga disampaikan oleh BEM, yaitu Artur, ia menyesalkan fenomena ketidakadilan dan pelanggaran kode etik yang terjadi belakangan ini di Tengah proses Pemilu yang sedang berlangsung. Karena itu, ia menyerukan agar seluruh mahasiswa teologi di Indonesia mengawal dan mendoakan agar Pemilu 14 Februari 2024 mendatang dapat berjalan dengan baik.
Seruan keprihatinan kemudian ditutup oleh Ketua STFT Jakarta, Pdt. Prof. Binsar Jonathan Pakpahan, Ph.D. Karena isi pembacaan seruannya cukup panjang, saya hanya mengutip paragraf terakhir dari pembacaan seruan oleh Prof Binsar, berbunyi demikian:
"Pemilihan Umum 2024 di Rabu, 14 Februari 2024 bertepatan dengan hari pertama masa Prapaskah dalam tradisi kekristenan, yang dikenal sebagai Rabu Abu. Abu yang diusapkan di dahi, mengingatkan manusia akan kefanaan hidup karena dia berasal dari debu dan akan Kembali menjadi debu, memanggil semua untuk bertobat dan Kembali kepada kebenaran yang diajarkan-Nya. Seruan ini juga adalah panggilan pertobatan untuk kembali ke jalan kebenaran, menuju bangsa yang bermartabat."
Dikutip dari status Facebook Binsar Jonathan Pakpahan, "Kekompakan dan kesatuan hati Sivitas Akademika ditunjukkan dalam pernyataan sikap, bukan soal memihak, tapi seruan pertobatan agar pemilu yang berintegritas, beretika akan menghasilkan pemimpin yang bermartabat."
Terima kasih STFT Jakarta yang telah mewakili kegelisahan saya melihat kondisi politik jelang Pemilu 2024. Mudah-mudahan, menyusul juga seruan dari sekolah tinggi teologi yang lain.
Mari terus berdoa untuk Pemilu 2024 yang semakin dekat. Salam damai!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H