Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Narablog

Senang traveling dan senang menulis topik seputar Sustainable Development Goals (SDGs).

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Realita Penerbitan Buku: Antara Kegagalan dan Harapan

4 Februari 2024   13:23 Diperbarui: 4 Februari 2024   13:25 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang wanita sedang mengetik. (sumber gambar: unsplash.com/Daniel Thomas)

Just sharing saja. Beberapa waktu lalu, kakak kelas saya menelpon saya via WhatsApp untuk menanyakan perihal penerbitan buku.

Dia menanyakan apakah saya mengetahui penerbit buku yang bersedia menerbitkan buku-bukunya dan menjualnya tanpa melibatkannya dalam penjualan buku.

Lalu, saya bilang ke dia bahwa, biasanya, penerbit-penerbit indie tidak bertanggung jawab untuk proses penjualan. Proses penjualan adalah tugas dan tanggung jawab si penulis.

Lain lagi, kalau karya kita diterbitkan di penerbit mayor, biasanya, penerbit akan bekerja sama dengan penulis perihal penjualan. Tetapi, biaya penerbitannya selangit.

Pun belum tentu, karya kita yang diterbitkan, baik oleh penerbit indie maupun penebit mayor terjual semua. Belum tentu, si penulis balik modal.

Kalau mau jujur, selama saya menerbitkan buku di penerbit indie, modal saya enggak kembali. Malah saya rugi: rugi tenaga, waktu, dan uang.

Buku saya yang berjudul Allah yang Murah Hati yang terbit tahun 2023 lalu, sampai kini belum satu pun yang laku. Beberapa buku yang terbit tahun 2020, juga belum laku semua.

Seorang dosen di salah satu STT, juga mengalami hal serupa. Salah satu karyanya pernah diterbitkan di penerbit mayor, namun belum terjual habis. Sehingga, ia berinisiatif untuk menyumbangkannya ke rekan-rekannya yang berada di luar pulau Jawa.

Memang, ada juga penulis pemula yang sukses menjual buku-bukunya. Sebut saja Jerome Polin Sijabat atau Vincent Ricardo.

Jerome Polin, menulis buku pertamanya yang berjudul Mantappu Jiwa. Buku tersebut, telah dicetak berulang-ulang kali, sehingga menjadi salah satu buku Best Seller.

Sedangkan, Vincent Ricardo menulis buku pertamanya yang berjudul The Kingpin Project. Buku tersebut, laku keras via Tokopedia dan sempat menjadi buku terlaris versi Tokopedia.

Mengapa mereka berhasil menjual buku mereka? Hemat saya, itu karena mereka telah lebih dulu dikenal oleh masyarakat melalui akun Instagram dan akun YouTube mereka. Sehingga, ketika karya mereka terbit, orang-orang langsung membelinya.

Ketika Vincent Ricardo menjual bukunya di akun Instagram miliknya dan mentautkan link Tokopedia, saya langsung memesannya.

Media Sosial sebagai Cara Efektif Menjual Buku

Maka, hemat saya, sebelum seorang penulis menerbitkan dan menjual karya-karyanya, penting sekali untuk membangun dan mengembangkan media sosial pribadinya seperti Facebook, Instagram, X (dulunya Twitter), TikTok, dan YouTube.

Saya kira, kalian setuju dengan saya bahwa, di zaman modern ini, tidak ada cara yang lebih efektif untuk menjual produk kita, selain melalui media sosial. Hal ini, karena aktivitas masyarakat khususnya generasi muda lebih banyak dilakukan di media sosial.

Maka, fokus dulu untuk membangun audiens di berbagai platform media sosial. Baru setelah itu, kalian bisa menjual produk buku kalian. Jika, buku kalian tepat sasaran, saya yakin banyak kok yang akan membelinya.

Selain itu, kalian juga bisa menjual karya buku kalian di toko-toko online seperti Tokopedia, Shopee, dan lain sebagainya. Seperti saya, yang menjual karya buku saya di Shopee.

Blog sebagai Sarana Alternatif untuk Menulis

Lagi pula, di zaman ini, perihal menulis telah menjadi sebuah kegiatan yang sangat mudah dilakukan. Banyak sekali platform menulis gratis maupun berbayar yang ditawarkan di internet. Kalian tinggal memilih mana yang cocok.

Di akhir pembicaraan saya dan teman saya tadi, saya merekomendasikannya untuk menulis di platform blog Kompasiana. Dia tampak sangat tertarik, sehingga meminta saya untuk menjelaskan seperti apa presedur menulis di Kompasiana.

Menulis di blog jelas punya banyak keuntungan, khususnya menulis di Kompasiana. Kita tidak perlu repot-repot mengeluarkan uang seperti ketika kita menerbitkan buku. Malah, kita yang dibayar oleh Kompasiana. Keren, kan?

Sudah gitu, tulisan kita dibaca ratusan, bahkan puluhan ribu pembaca. So, tunggu apa lagi, guys? Yuk mulailah menulis di Kompasiana sekarang juga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun