Beberapa waktu lalu, presiden Jokowi sempat kaget ketika mengetahui jumlah lulusan S2 dan S3 di Tanah Air rendah. Menurut Jokowi, jumlah mereka bahkan tidak mencapai 1% dari total penduduk berusia produktif.
Mengutip Tempo.co, saat ini rasio penduduk Indonesia lulusan S2 dan S3 hanya 0,45% dari jumlah penduduk produktif berusia 15-64 tahun. Jokowi menyebut bahwa angka tersebut jauh tertinggal dari negara tetangga Malaysia dan Vietnam yang memiliki angka sekitar 2,43%.
Ada banyak penyebab mengapa masyarakat Indonesia berusia produktif tidak memilih melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi (S2 dan S3), salah satunya adalah biaya. Bukan hal yang tabu biaya pendidikan di Indonesia sangat tinggi dan setiap tahunnya meningkat.
Selain itu, terdapat problem kebutuhan pokok yang melonjak setiap tahun dan kebutuhan yang tidak terduga yang mesti dikeluarkan kapan saja dalam waktu yang tak disangka-sangka. Alasan-alasan ini yang menyebabkan masyarakat mengurung niat mereka untuk melanjutkan studi ke S2 dan S3.
Realita tingginya biaya pendidikan di Indonesia khususnya jenjang S2 dan S3 sama sekali tidak membuat saya berkecil hati untuk melanjutkan studi ke jenjang S2. Dalam keterbatasan dana, saya tetap memilih melanjutkan studi S2.
Lalu, apa yang membuat saya tetap kekeh melanjutkan studi?Â
Berikut 4 alasan fundamental mengapa saya memilih untuk melanjutkan studi S2. Â Â
1. Memperdalam Wawasan
Dengan melanjutkan studi ke jenjang S2, maka akan menambah pengalaman belajar dan wawasan, baik teori maupun praktik.Â
Saat saya kuliah S2, wawasan pengetahuan yang saya terima jadi lebih mendalam, bahkan bersifat kepakaran.
Contoh, ketika kuliah S1 dalam bidang teologi, saya hanya belajar ilmu teologi yang bersifat umum. Namun, ketika saya mengambil program magister teologi, maka yang saya pelajari bersifat khusus atau spesifik. Ilmu yang bersifat khusus atau spesifik ini, tentunya akan dihargai dalam dunia kerja.
2. Memperluas Koneksi Pertemanan
Dengan menlajutkan studi ke jenjang S2, maka akan memperluas koneksi pertemanan.Â
Bagi saya, melanjutkan studi ke janjang S2 bukan hanya sekadar memperluas kapasitas pengetahuan, tetapi juga memperluas koneksi pertemanan.
Jika dulu ketika studi S1, lingkaran pertemanan saya didominasi oleh anak-anak muda yang baru lulus SMA. Maka di S2 lingkaran, pertemanan saya didominasi oleh orang-orang tua yang kebanyakan mereka telah bekerja. Ada yang bekerja sebagai pendeta, ada pula yang bekerja sebagai business man. Saya banyak belajar dari pengalaman hidup mereka sebagai seorang pendeta dan bisnismen.
3. Membuka Kesempatan Berkarir
Nah, ini dia, yang menarik dari kuliah S2, yaitu terbukanya kesempatan berkarir. Gelar magister (S2) dan gelar doktor (S3) merupakan syarat untuk sejumlah profesi, salah satunya dosen.Â
Tenaga dosen bergelar S2 di kalangan STT di Indonesia tergolong masih sedikit. Karena itu, setelah lulus S2, saya langsung ditawarkan menjadi dosen di salah satu STT di Jakarta.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 57 Tahun 2021 yang diubah dengan dengan PP Nomor 4 Tahun 2022 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang berhak mengajar mahasiswa diploma dan sarjana adalah lulusan S2. Sedangkan, yang berhak mengajar mahasiswa magister dan doktor adalah lulusan S3.
4. Membanggakan Orangtua
Di atas semuanya itu, alasan saya kuliah S2 adalah saya ingin membanggakan kedua orangtua saya.Â
Ayah saya (alm.) adalah seorang pendeta lulusan diploma, sedangkan ibu saya adalah lulusan diploma jurusan Fisika.
Setelah lulus S1 dari Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti Malang tahun 2014, saya bertekad untuk melanjutkan studi ke jenjang S2 di Jakarta. Meskipun saya tahu orangtua saya tidak mampu membiayai kuliah S2 saya, saya tetap nekat mengambil resiko.
Singkat cerita, saya diterima di salah STT di daerah Jakarta Selatan tahun 2019.Â
Kebetulan, pihak STT memperbolehkan mahasiswa menyicil biaya kuliah hingga selesai studi -- sebuah kebijakan yang jarang terjadi di kalangan STT di Indonesia.Â
Saya nyicil biaya kuliah hingga diwisuda pada akhir Oktober 2023 lalu. Tentu saja, orangtua saya bangga dengan pencapaian saya ini.
Nah, itu dia, beberapa alasan fundamental mengapa saya memilih melanjutkan studi ke jenjang magister (S2). Oh ya, sekarang kesempatan studi S2 dan S3 semakin terbuka lebar dengan adanya beasiswa LPDP.
Program ini, dibiayai oleh pemerintah Indonesia melalui pemanfaatan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN). Bagaimana, kalian tertarik untuk melanjutkan studi ke jenjang S2?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H