Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengungkap Keunikan Pantai dan Realitas Pariwisata di Pulau Pari

29 Desember 2023   22:57 Diperbarui: 30 Desember 2023   03:06 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pantai Rengge dan Pantai Bintang Pulau Pari. (sumber gambar: dokpri)

 "Bepergian adalah melihat; itu adalah hal yang tersirat dari perjalanan kita." - Cynthia Ozick

Tak diragukan lagi, Pulau Pari memiliki keindahan pantai yang memanjakan mata. Selain Pantai Pasir Perawan, ada lagi dua pantai lain yang menarik seperti Pantai Rengge dan Pantai Bintang.

Pada tulisan kali ini, saya akan mengajak kalian berkeliling Pulau Pari untuk melihat lebih dekat keindahan Pantai Rengge dan Pantai Bintang, sekaligus menyoroti realitas pariwisata di pulau ini.

Sudah siap? Kalau sudah siap, yuk mari kita mulai.

Menyewa Transportasi Wisata

Alat transportasi yang umum digunakan wisatawan untuk berkeliling Pulau Pari ialah sepeda. Bukan hanya wisatawan, tapi masyarakat lokal juga. Ini karena ukuran Pulau Pari tidak terlalu besar, sehingga cukup dijelajahi menggunakan sepeda.

Saya dan istri menyewa 2 sepeda berwarna kuning. Per sepeda dikenai biaya Rp 25.000 dan bisa digunakan dalam sehari. Sepeda yang sudah disewa, bisa dibawa ke tenda. Lalu, kalau misalnya sepedanya rusak, akan diperbaiki tanpa perlu uang pengganti.

Eksplorasi Pantai Rengge

Kami memulai ekspedisi pertama kami dengan mengunjungi Pantai Rengge terlebih dahulu. Sebelum memulai perjalanan, tak lupa kami bertanya kepada warga setempat, di mana lokasi Pantai Rengge berada.

Setelah mendapatkan informasi yang cukup, sekitar pukul 10.10 WIB, kami mulai mengayun sepeda menuju lokasi. Jalan menuju lokasi Pantai Rengge berada di sebelah kanan, setelah keluar gapura Pantai Pasir Perawan.

Sebelum ke Pantai Rengge, dalam benak saya, jalanan yang akan kami lewati beraspal atau disemen. Ternyata di luar ekspektasi saya, jalanannya berpasir dan berkolam.

Bersepeda di jalan berpasir seperti ini, mesti berhati-hati, karena bisa terpeleset atau terjatuh. Saya sempat terpeleset 2 kali - untung tidak sampai terluka.

Perjalanan ke Pantai Rengge ditempuh sekitar 15 menit. Meski kondisi jalannya rusak, di kiri dan kanan jalan, kami dihiburkan dengan pemandangan rumput ilalang yang sudah menguning.

Kami tiba di Pantai Rengge sekitar pukul 10.25 menit. Wow, pantainya cantik karena ia berada persis di ujung membentuk mata panah. Dari Pantai ini kita bisa melihat dengan jelas kapal-kapal yang lewat.

Oh ya, di Pantai Rengge ini tidak ada fasilitas wisata ya guys, kecuali 2 kamar mandi, itu pun pintunya digembok. Dengan kata lain, pantai yang satu ini, belum siap digunakan sebagai tempat wisata.

Setelah puas berfoto-foto di Pantai Rengge, kami akhirnya kembali ke Pantai Pasir Perawan untuk makan siang. Kami tiba tepat pukul 11.00 dan langsung memesan makanan.

Makan siang kami kali ini adalah nasi putih, ikan baronang goreng, dan sambal kecap. Asli, ikan dan sambal kecapnya enak banget guys - bikin ketagihan.

Setelah kenyang, kami rehat hingga pukul 15.00, lalu melanjutkan ekspedisi kedua ke Pantai Bintang - salah satu pantai yang terkenal di Pulau Pari.

Eksplorasi Pantai Bintang

Tepat pukul 15.00 kami bangun tidur. Di luar tenda, cuaca panas tampak mulai berkurang. Saat itulah, kami mengayun sepeda ke Pantai Bintang. Jaraknya kurang lebih 1 km dari Pantai Pasir Perawan.

Kami mengayun sepeda melawati perumahan padat penduduk. Kami melewati gedung sekolah SD dan SMP, perumahan guru, dan pos kesehatan Pulau Pari.

Perlu diketahui, di Pulau Pari ini tidak ada SMA. SMA ada di Pulau Pramuka - sekitar 1 jam perjalanan dari Pulau Pari. Siswa-siswa yang sudah tamat, akan melanjutkan studi mereka di Pulau Pramuka.

Berdasarkan informasi yang saya terima, ada kapal khusus yang mengantar-jemput para siswa yang bersekolah di Pulau Pramuka. Kapal ini disediakan oleh pihak sekolah, dan hanya beroperasi di hari Jumat dan Minggu.

Kapal akan menjemput para siswa di Pulau Pramuka pada hari Jumat dan mengantarkan mereka kembali ke Pulau Pramuka pada hari Minggu. Namun, bagi siswa yang tidak mau repot bolak-balik, ada asrama yang disediakan di Pulau Pramuka.  

Ketika mendekati lokasi Pantai Bintang, kami melihat gedung BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional). Wuih, keren!

Menurut penjaga Pantai Bintang, gedung BRIN yang masih baru itu belum aktif digunakan sebagai tempat penelitian. Sejauh ini, gedungnya baru digunakan sebagai tempat sosialisasi dan kegiatan kantor.

Kami tiba di lokasi Pantai Bintang sekitar pukul 15.35 dan memarkir sepeda di depan pintu masuk. Untuk masuk kedalam lokasi pantai, kami harus membayar uang masuk sebesar Rp 2. 500 per orang.

Wah, ternyata di sini ada tenda wisatawan juga. Memang tak banyak, hanya sekitar 3 tenda. Saya pikir hanya di Pantai Pasir Perawan saja yang boleh didirikan tenda.

Kalau mau dibandingkan, kedua lokasi pantai ini: Pantai Pasir Perawan dan Pantai Bintang sama-sama bagus ya. Keduanya memiliki kelebihan masing-masing.

Di Pantai Pasir Perawan tersedia fasilitas wisata lengkap seperti perahu kano dan alat snorkling. Sedangkan, di Pantai Bintang tidak ada fasilitas wisata. Meskipun demikian, ia memiliki aneka biota laut yang bisa dikunjungi wisatawan.

Kami sempat masuk ke lokasi aneka biota laut dengan membayar Rp 5000 per orang. Di lokasi ini, kami disuguhkan dengan berbagai aneka biota laut seperti spon (pori fera), bulu babi, nemo, teripang, bintang raja, siput, dan kerang. Sebenarnya, ada penyu, tapi sudah dilepas karena musim bertelur. Ah, sayang sekali tidak bisa melihat penyu.

Sebelum pamit pulang, saya menyempatkan waktu sebentar untuk berdiskusi dengan pengelola biota laut. Saya penasaran, wisata pantai dan biota laut ini dikelola oleh siapa?

Katanya, biota laut maupun pantai selama ini dikelola oleh lembaga swadaya masyarakat, bukan oleh dinas pariwisata. Wah, sama dengan Pantai Pasir Perawan, dikelola juga oleh lembaga swadaya masyarakat.

Kesimpulan: Realitas Pariwisata Pulau Pari

Dari perjalanan keliling kami hari ini, saya kemudian menyimpulkan bahwa, pemerintah daerah Kepulauan Seribu belum berkolaborasi dengan masyarakat lokal Pulau Pari dalam memajukan pariwisata berkelanjutan. Padahal, potensi wisata di pulau ini sangat menjanjikan, sayang sekali kalau tidak dioptimalkan.

Saya optimis, bila pemerintah daerah Kepulauan Seribu berkolaborasi dengan masyarakat lokal Pulau Pari, maka sektor pariwisata di pulau ini akan maju. Bila sektor pariwisatanya maju, maka otomatis sektor ekonomi masyarakatnya akan maju juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun