Sebenarnya, penduduk lokal di Pantai Pasir Perawan bisa membuat terumbu karang buatan sebagai tempat tinggal ikan -- mengingat lokasi pantai yang tak bergelombang.
Niat saya untuk memancing di Pantai Pasir Perawan pun sirna, setelah mengetahui kalau pantai ini tidak menyimpan banyak ikan. Ha-ha.
Setelah puas mengeksplorasi isi Pantai Pasir Perawan sekitar sejam, kami berdua kembali ke tenda. Sesampai di tenda, kami bersiap-siap untuk mandi sore.
Mulanya, istri saya duluan, lalu saya. Oh ya, untuk biaya mandi kami bayar Rp 5000. Sedangkan, untuk BAK dan BAB kami bayar Rp 2000.
Setelah selesai mandi, kami pergi ke warung untuk ngecas HP dan notebook. Kali ini, kami ke warung di bagian tengah. Oh ya, kalau ngecas HP atau laptop di warung tidak bayar ya guys. Ini sudah saya jelaskan di artikel sebelumnya.
Saya duduk dan menghidupkan notebook untuk menulis cerita ini, sementara istri saya memesan segelas kopi untuk saya, biar penulisan cerita ini berjalan lancar.
Duduk-duduk di tepi pantai memberikan suasana yang nyaman bagi setiap pengunjung. Duh, rasanya saya ingin menghabiskan waktu di sini berlama-lama. Ha-ha.
Oh ya, berhubung batrei HP dan notebook sudah penuh, kami akan kembali ke tenda. Malam ini menjadi malam pertama bagi kami tidur di tenda.
Gimana ya, pengalaman tidur di tenda yang menghadap ke pantai? Nantikan cerita selanjutnya, ya!
Sampai jumpa besok!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H