Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Balik Benteng Tolukko: Intrik Politik dan Pergolakan Kekuasaan di Ternate

21 Desember 2023   02:33 Diperbarui: 21 Desember 2023   03:04 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Benteng Tolukko yang menjadi saksi bisu perebutan rempah di Maluku Utara. (sumber gambar: kompasiana.com/Tonny Syariel)

Sumber lain menyebutkan bahwa, asal-muasal nama "Tolukko", lantaran rakyat Ternate kala itu tak begitu jelas melafalkan nama "Santo Lucas", sehingga terdengar seperti Tolukko. Lagi-lagi, ini pun belum jelas kebenarannya.

Peran Benteng Tolukko pada Era Kolonial

Pada mulanya, Portugis membangun Benteng Tolukko untuk mengintai kapal-kapal musuh atau tamu. Prajurit yang bertugas di benteng ini mampu membaca tanda-tanda kedatangan tamu atau musuh.

Sama halnya, ketika Belanda menguasai benteng ini pada tahun 1610, mereka menjadikannya sebagai benteng pertahanan untuk menghadapi serangan Spanyol. Demikianlah, peran Benteng Tolukko pada masa itu.

Peristiwa-peristiwa Penting di Balik Benteng Tolukko

Benteng Tolukko, meskipun kecil, namun menyimpan beberapa peristiwa penting yang melibatkan Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, dan Belanda.

Sekali lagi, merujuk pada laporan Kemdikbud.go.id., Dewan Pemerintah Belanda pernah mengizinkan Sultan Mandarsyah (dari Ternate untuk tinggal di dalam benteng ini bersama pasukannya sekitar 160 orang.

Menurut laporan Kompas.com., Sultan Mandarsyah adalah putra dari Sultan Mudafar Syah I, yang lahir pada tahun 1625 dengan nama Kaicil (Pangeran) Tohubo. Ia memiliki dua orang saudara, yaitu Kaicil Kalamata dan Kaicil Manila.

Konon, terjadi selisih pendapat antara Kesultanan Ternate dengan Belanda tentang siapa yang berhak naik tahta menggantikan Sultan Hamzah. VOC kemudian menunjuk Kaicil Tohubo untuk menjadi Sultan Ternate, karena ia dibesarkan dalam pengaruh Gubernur Belanda di Ternate. Itulah sebabnya, gelar Kaicil Tohubo adalah Sultan Mandarsyah.

Peristiwa berikut yang tak kalah penting adalah pasukan Kaicil Nuku (Sultan Tidore yang ke-19) menyerang Benteng Talukko. Namun, mereka berhasil dipukul mundur oleh pasukan gabungan Ternate-VOC. Kedua kerajaan ini, yaitu Tidore dan Ternate saling berebut kekuasaan kala itu. Akibat pertempuran kedua kerajaan tersebut, banyak rakyat Ternate yang menjadi korban.

Kesimpulan dan Apresiasi kepada Pemerintah Maluku Utara

Pada tahun 1864, Benteng Tolukko dikosongkan oleh VOC di bawah kepemimpinan Residen P. Van der Crab. Akan tetapi, sejak tahun 1996, pemerintah Indonesia memugarnya kembali, sehingga benteng tersebut, tetap berdiri kokoh hingga hari ini di Kota Ternate.

Secara fisik, bangunan benteng ini masih terlihat terawat dan bersih. Itu karena pemerintah Maluku Utara berkomitmen untuk melestarikannya. Bukan hanya Benteng Tolukko ini saja yang dirawat, namun juga benteng-benteng lain di wilayah Ternate.

Oh ya, lokasi menuju ke benteng ini bisa ditempuh dari Bandara Sultan Baabullah, Kota Ternate sekitar 10 menitan. Dekat banget, kan? Nah, tunggu apa lagi, ayok berkunjung ke Ternate. Ada banyak benteng lho di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun